Assalamu 'Alaikum Wr. Wb.


Assalamu 'Alaikum Wr. Wb.


Pandangan Mata Selalu Menipu..

Pandangan Akal selalu tersalah..
Pandangan nafsu selalu melulu..
Pandangan hati itu yang hakiki..kalau hati itu bersih..

Semua Manusia Akan Rusak, Kecuali Orang Yang Berilmu.
Orang Yang Berilmu pun Akan Rusak, Kecuali Orang Yang Beramal.
Orang Yang Beramal pun Akan Rusak, Kecuali Yang Ikhlas.

.

by : Fandy Al-Qassam Scousers

Selasa, 17 Juli 2012

Perang Badar

Perang Badar

Pada bulan Ramadhan tahun ke-2 Hijriyah, terjadilah perang Badar kubra. Sebuah pertempuran sengit yang menjadi penentu nasib Islam dan dakwahnya, serta nasib kemanusiaan secara maknawi. Setiap penaklukan, pembebasan dan kemenangan yang terjadi, juga setiap imperium dan pemerintahan yang tegak, berhutang pada penaklukan nyata pada medan pertempuran di perang Badar. Oleh karena itu Allah swt. menyebutnya sebagai yaumal furqan (hari pembeda).
Sebagaimana firman Allah;

"Jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan kepada hamba kami (Muhammad) pada hari Furqan, yaitu hari bertemunya dua pasukan." (QS. Al-Anfal; 41)

Diantara kisah tentang perang ini adalah bahwa Rasulullah saw. telah mendengar berita tentang Abu Sufyan bin Harb. Ia sedang berada dalam perjalanan pulang dari negeri Syam dengan rombongan dagang yang besar milik kaum Quraisy. Pada rombongan itu terdapat harta-harta dan barang perniagaan. Saat itu sedang terjadi konflik antara umat Islam dengan kaum Quraisy yang musyrik.

Kaum Quraisy selalu berupaya dalam memerangi Islam, menghalangi jalan Allah dan membuat berbagai kesulitan bagi umat Islam. Kaum Quraisy mengorbankan harta dan segala yang dimilikinya untuk memerangi Islam, serta melipat gandakan gangguannya terhadap umat Islam. Ketika itu pasukan mereka telah sampai pada batas-batas Madinah dan sampai pada padang-padang gembalaan.

Ketika Rasulullah saw. mendengar bahwa Abu Sufyan sedang dalam perjalanan pulang dari negeri Syam memimpin rombongan dagang, sedangkan Abu Sufyan adalah orang yang paling keras dalam memusuhi Islam, Rasulullah menganjurkan untuk pergi menghadangnya. Beliau tidak mempersiapkannya secara matang. Sebab urusan kali ini adalah rombongan dagang, bukan orang-orang yang pergi ke medan perang.

Sampailah kepada Abu Sufyan berita tentang kepergian Rasululla saw. untuk menhadang kafilah dagangnya. Ia pun mengirim utusan ke Makkah meminta tolong kepada kaum Quraisy untuk membantu mereka dari pasukan kaum muslimin. Orang yang meminta tolong telah sampai kepada penduduk Makkah. Mereka pun segera bergegas, bangkit mendatanginya tanpa tertinggal seorangpun. Orang-orang dari kabilah-kabilah Arab berkumpul di sekitarnya. Tak ada yang tertinggal seorangpun dari marga kaum Quraisy kecuali sedikit sekali. Mereka datang dengan sangat bergelora antara kemarahan dan dendam.

LOYALITAS KAUM ANSHAR

Ketika sampai kepada Rasululah saw. berita tentang kepergian pasukan Quraisy, beliau meminta pendapat kepada para sahabatnya. Terutama sahabat dari kaum Anshar, karena mereka telah berbaiat untuk melindungi beliau di rumah-rumah mereka. Ketika beliau bertekad untuk keluar dari Madinah, beliau ingin mengetahui apa yang ada pada mereka. Kaum Muhajirin menyambutnya dengan baik. Kemudian beliau meminta pendapat mereka lagi untuk kedua kalinya. Kaum Muhajirin kembali menyanggupi dengan baik. Kemudian beliau meminta pendapat kepada mereka untuk ketiga kalinya.

Maka mengertilah kaum Anshar bahwa yang dimaksud kan Rasulullah saw. adalah mereka. Lalu tampillah Sa'ad bin Mua'adz. dan berkata, "Wahai Rasulullah, sepertinya engkau berbicara kepada kami. Mungkin engkau khawatir bahwa kaum Anshar merasa tidak wajib menolongmu kecuali engkau berada di wilayah mereka saja. Sesungguhnya aku akan berkata atas nama kaum Anshar dan aku akan menjawab atas nama mereka."

"Teruskanlah wahai Rasulullah apa yang engkau inginkan. Sambunglah dengan orang yang engkau kehendaki dan putuslah hubungan dengan orang yang engkau kehendaki. Musuhilah dengan orang yang engkau kehendaki dan berdamailah dengan orang yang engkau kehendaki. Ambillah dari harta kami apa yang engkau kehendaki dan berilah kami apa yang engkau kehendaki. Apapun yang engkau ambil dari kami lebih kami sukai dari apa yang engkau tinggalkan. Perintahkan apa saja kepada kami, maka urusan kami hanyalah mengikuti perintahmu. Demi Allah, seandainya engkau berjalan hingga sampai ke Barak Ghamdan (sebuah istana di Shan'a, Yaman. yaitu tempat peristirahatan para raja), niscaya kami akan berjalan bersamamu. Demi Allah, seandainya engkau membawa kelautan dan menyelam, niscaya kami akan menyelam bersamamu."

Miqdad berkata kepadanya, "Kami tidak akan berkata kepadamu sebagaimana kaum Musa berkata kepada kaum Musa,'Maka pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya akan duduk menanti disini.' (QS. Al-Maidah; 24). Akan tetapi kami akan berperang disebelah kananmu dan disebelah kirimu, dihadapanmu dan dibelakangmu." Ketika beliau mendengar hal itu maka wajah beliau bersinar cerah, dan para sahabat lainya sangat gembira mendengarnya. Rasulullah berkata,"Berangkatlah kalian dan bergembiralah".

Ketika umat Islam berangkat menuju Badar, ikutlah seorang anak bernama 'Umair bin Abi Waqqash yang berumur 16 tahun. Ia khawatir tidak diterima oleh Rasulullah karena masih muda, maka ia berusaha agar tidak terlihat oleh siapapun. Ia pun mengendap-endap. Kakaknya Sa'ad bin Abi Waqqash bertanya kepadanya, maka ia menjawab,"Aku takut di tolak oleh Rasulullah padahal aku sangat ingin ikut pergi, barang kali Allah memberikan karunia kesyahidan kepadaku."

Dan hal itu pun terjadi, Rasulullah saw. hendak menolaknya karena ia belum dewasa. Maka 'Umair pun menangis. Hal itu membuat hati Rasulullah saw. terharu, lalu beliau mengizinkannya. 'Umair gugur sebagai syahid dalam perang Badar itu.

PERBANDINGAN JUMLAH DAN PERLENGKAPAN UMAT ISLAM DAN ORANG-ORANG KAFIR

Rasulullah saw. pergi bersama 313 orang laki-laki, dengan hanya 2 ekor kuda dan 70 unta. Dua atau tiga orang menunggang seekor unta. Dalam hal ini tidak ada perbedaan antara prajurit dan komandan, antara pengikut dan yang diikuti. Diantara pasukan tersebut terdapat Rasulullah saw. Abu Bakar, 'Umar dan beberapa sahabat senior lainnya. Panji perang diserahkan kepada Mush'ab bin 'Umair, bendera kaum Muhajirin dipegang 'Ali bin Abi Thalib, dan bendera kaum Anshar dipegang oleh Sa'ad bin Mu'adz.

Ketika Abu Sufyan mendengar kepergian umat Islam, ia memutar rute perjalanan dengan menyusuri pantai. Ketika mengetahui bahwa ia dan rombongan dagangnya telah selamat, ia mengirim pesan kepada kaum Quraisy;"Kembalilah kalian, sebab kailan hanya untuk melindungi rombongan dagang kalian."

Namun Abu Jahal menolaknya, ia hanya mau berperang. Ketika itu pasukan kaum Quraisy 1.000 orang lebih, termasuk diantaranya sekelompok tentara pilihan kaum Quraisy beserta pemimpinnya, dan pasukan berkuda beserta pahlawannya. Rasulullah bersabda, "Ini adalah Makkah yang telah menyerahkan sebagian jantungnya kepada kalian."

Maka kaum Quraisy meneruskan perjalanannya, hingga berhenti disalah satu sisi dari lembah. Sedangkan umat Islam berhenti di sisi sumur Badar. Lalu muncullah al-Habbab bin al-Mundzir dan berkata, "Wahai Rasulullah, tahukah engkau tentang tempat pemberhentian ini, apakah ini memang tempat pemberhentian yang di perintahkan oleh Allah, dimana kita tidak bisa maju atau mundur? ataukah ini adalah siasat perang?" Rasulullah saw. menjawab, "Ini hanyalah sebuah pendapat (siasat perang)." Miqdad berkata, "Wahai Rasulullah, ini bukanlah tempat yang baik untuk berhenti." Lalu menunjukkan lokasi yang baik untuk berhenti. Rasulullah berkata, "Pendapatmu itu bagus" Beliau pun beranjak untuk pergi, diikuti oleh beberapa sahabat, menuju mata air yang paling dekat dengan lokasi musuh, lalu berhenti di sana.

Rasulullah dan para sahabatnya mendahului ke mata air pada tengah malam. Mereka membuat kolam air. Rasulullah mempersilahkan bagi orang-orang kafir yang datang kesana untuk meminumnya. Pada malam itu Allah menurunkan hujan, yang bagi kaum musyrik sangatlah lebat dan menhalangi mereka untuk maju. Sedangkan bagi umat Islam, hujan tersebut adalah rahmat, meratakan tanah, mengeraskan pasir serta memperkokoh langkah-langkah dan menabahkan hati mereka.
Allah Swt. berfirman;

"Dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk menyucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan dari syaitan dan untuk menguatkan hatimu dan memperteguh dengannya telapak kaki(mu)." (QS. Al-Anfal; 11)

Di samping risalahnya yang agung dan merupakan dasar serta sumber ilham dan hidayah, kejeniusan kepemimpinan militer Rasulullah saw. tampak dalam memimpin pasukan, mobilisasi yang bagus, serta antisipasi masuknya bahaya dan serangan musuh. Demikian pula dengan dengan perhitungan beliau dengan perhitungan beliau yang akurat terhadap kekuatan militer musuh, jumlah personel mereka, lokasi-lokasi pertahanan mereka, yang secara rinci dapat ditemukan pada buku-buku sejarah (dapat dilihat dalam kitab Hadist ad-Difa' karya Mayjen Muhammad Akbar Khan, Panglima Angkatan Bersenjata Pakistan. Atau dalam ar-Rasul al-Qaid karya Mayjen Mahmud Syit Khatab, jubir Panglima Iraq).

Dalam peperangan tersebut Rasulullah saw. dibangunkan sebuah tenda peristirahatan yang memungkinkan beliau untuk mengawasi jalannya pertempuran. Kemudian beliau memeriksa pasukan, dan menunjukkan tempat-tempat mereka, "Ini tempat pertempuran si Fulan, itu tempat pertempuran si Fulan, dan di sana tempat pertempuran si Fulan. Insya Allah." Tidak seorangpun dari para sahabat yang melanggar batas-batas yang telah ditentukannya.

ketika kaum musyrik telah tampak dan kedua pihak saling berpandangan, Rasulullah berdo'a, "Ya Allah! Kaum Quraisy telah datang dengan pasukan dan segala kecongkakannya. Mereka datang untuk memerangi-Mu dan untuk mendustakan Rasul-Mu" (HR. al-Bukhari & Muslim). Saat itu malam jum'at hari ke-17 bulan Ramadhan. Keesokan harinya, muncullah kaum Quraisy dengan pasukannya, kedua pihak telah berbaris dalam keadaan siap menyerang.

Rasulullah saw. mengatur barisan, lalu kembali dan masuk ke tendanya. Abu Bakar menemani beliau. Rasulullah saw. banyak memohon dengan sungguh-sungguh dan merendahkan diri di hadapan Allah (Tadharru' dan Ibtihal). Beliau menyadari bahwa seandainya umat Islam bergantung kepada diri dan kekuatan mereka, tentu hasilnya dapat diketahui dengan jelas, yakni seperti orang yang lemah di hadapan orang yang kuat dan dalam jumlah yang banyak.

Kedua belah pihak, berada dalam keadaan yang tidak seimbang. Kegaduhan terjadi di kalangan pasukan muslim, karena tampak jelas jumlah pasukan musyrik yang lebih banyak. Menyaksikan hal itu, Rasulullah saw. memohon pertolongan kep[ada Allah Swt. Yang tidak ada penghalang bagi ketetapan-Nya, dan tidak ada penolak bagi ketentuan-Nya.

"Dan pertolongan itu hanya dari sisi Allah." (QS. an-Anfal; 10)

Rasulullah memohonkan pertolongan bagi pasukan mukmin yang sedikit jumlahnya dan miskin perlengkapannya. Beliau berucap, "Ya Allah, jika golongan ini binasa, maka Engkau tidak akan disembah lagi di muka bumi." Kemudian beliau berbisik kepada Allah 'Azza Wa Jalla; "Ya Allah, laksanakannlah apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah kami memohon pertolongan-Mu." Beliau mengangkat kedua tangannya kelangit hingga selendangnya terjatuh dari kedua pundaknya. Abu Bakar berusaha menghibur dan menyatakan empatinya, karena beliau begitu banyak memohon kepada Allah.

Kemudian Rasulullah saw. keluar tenda, menemui pasukannya. Beliau memberikan dorongan mereka untuk berperang dengan penuh semangat. Pada saat itu majulah tiga orang dari pihak pasukan kaum Quraisy, yakni 'Utbah bin Rabi'ah, Syaiban bin Rabi'ah (kakaknya) dan al-Walid bin 'Utbah. Saat ketiga orang itu berada diantara pasukan Quraisy dan pasukan Islam, mereka menantang perang tanding.

Lalu muncullah tiga pemuda dari kaum Anshar. Mereka bertanya, "Siapa kalian?" Para pemuda itu menjawab dengan lantang, "Kami adalah anak-anak muda dari kaum Anshar." Mereka berkata, "Sungguh anak-anak muda yang baik, tapi kami menginginkan anak-anak paman kami sendiri." Rasulullah saw. berkata, "Majulah wahai'Ubaidah bin al-Harits (bin 'Abdul Muthalib bin 'Abdul Manaf)! Majulah wahai Hamzah! Majulah wahai 'Ali!" Saat ketiganya maju, kaum Quraisy berkata, "Inilah lawan kami yang seimbang."

'Ubaidah adalah yang paling muda diantara kaumnya. Ia maju menyerang 'Utbah bin Rabia'ah. Hamzah berhadapan dengan Syaibah bin Rabi'ah. Sedangkan 'Ali bin Abi Thalib berhadapan dengan al-Wali bin 'Utbah. Hamzah dan 'Ali tidak mudah dikalahkan oleh musuh-musuh mereka. Berbeda dengan 'Ubaidah dan 'Utbah yang saling menyerang. Satu sama lain adalah lawan yang seimbang. Kemudian Hamzah dan 'Ali menebaskan pedang mereka kepada 'Utbah. Sementara 'Ubaidah dipapah dalam keadaan terluka. 'Ubaidah akhirnya gugur sebagai syahid.

Medan peperangan telah dipenuhi oleh prajurit. Kaum muslimin saling merapat. Kaum Quraisy pun mulai mendekat. Rasulullah saw. berkata, "Majulah menuju surga yang luasnya seluas langit dan bumi."

'Umair bin al-Hamam al-Anshari maju seraya berkata, "Wahai Rasulullah, benarkah telah disediakan surga seluas langit dan bumi?" Rasulullah saw. menjawab, "Ya, seluas langit dan bumi." 'Umair berkata, "Bakh-bakh (sungguh indah) wahai Rasulullah!" Beliau bertanya, "Apa maksudmu dengan mengatakan Bakh-bakh (sungguh indah)?" 'Umair berkata, "Demi Allah! Wahai Rasulullah, aku tidak mengatakan itu kecuali aku sangat berharap menjadi penghuninya." Rasu;lullah menjawab, "Sesungguhnya engkau termasuk penghuni surga"

'Umair mengeluarkan beberapa kurma dari kantung panahnya. Ia mulai memakannya. Setelah itu ia berkata, "Jika aku hidup hingga aku makan kurma-kurma itu, itu adalah hidup yang terlalu lama." Ia melemparkan kurma yang ada padnya. Ia bertempur hingga gugur sebagai syahid. Ia adalah korban yang pertama dalam perang itu.

Para prajurit masih berada dalam barisan, bersabar dan banyak berdzikir kepada Allah. Rasulullah saw. pun berperang dengan gigih. Beliau berada paling dekat dengan musuh. Beliau adalah orang yang paling berani pada hari itu.

Allah menurunkan malaikat yang membawa rahmat dan kemenangan.
Allah Swt. berfirman;

"(Ingatlah) ketika Tuhanmu mewahyukan kepada malaikat; "Sesungguhnya aku bersama kamu, maka teguhkanlah (Pendirian) orang-orang yang telah beriman. Kelak akan aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka." (QS. al-Anfal; 12)

Para pemuda berlomba meraih kesyahidan dan kebahagiaan. Terjadi perlombaan dua saudara sekandung, sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh 'Abdurrahman bin 'Auf, "Aku berada dalam barisan pasukan perang Badar. Tiba-tiba disebelah kanan dan kiriku muncul dua anak muda. Aku seakan tak percaya ketika salah seorang berkata secara lirih kepadaku, seakan tidak ingin di ketahui temannya, "Paman, tunjukkanlah kepadaku dimana Abu Jahal berada!"

Aku bertanya, "Anak saudaraku, apa yang akan engkau lakukan dengan Abu Jahal?" Ia berkata, "Aku telah berjanji kepada Allah, jika aku melihatnya maka aku akan membunuhnya atau aku yang mati."

Anak muda yang satunya ternyata juga melakukan hal yang sama, berbisik kepadaku minta ditunjukkan dimana Abu Jahal berada. Tentu saja aku merasa tidak enak jika tidak memberitahukan keberadaan Abu Jahal pada keduanya, maka aku pun menunjukkan kepada mereka. Kedua anak itu berlari bagai dua ekor elang hingga akhirnya mereka berhasil membunuh Abu Jahal. Keduanya adalah anak petani di Madinah." Ketika Abu Jahal terbunuh, rasulullah saw. berkata, "Abu Jahal adalah Fira'un-nya umat ini."

Perang berakhir dengan kemenangan umat Islam dan kekalahan kaum musyrikin. Rasulullah saw. bersabda, "Allahu Akbar, segala puji bagi Allah yang sungguh terbukti janji-Nya, Dia menolong hamba-Nya, dan Dia telah menghancurkan sendiri tentara-tentara musuh."
Maha benar Allah dengan Firman-Nya;

"Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah supaya kamu mensyukurinya." (QS. Ali Imran; 123)

Rasulullah saw. memerintahkan agar korban dari pihak musuh dilemparkan di dalam sumur kering. Setelah itu Rasulullah saw. berdiri diatas sumur seraya berkata;
"Wahai penghuni sumur kering! Bukankah kalian menyaksikan kebenaran yang telah dijanjikan Allah kepada kalian? Aku telah menerima kebenaran janji Allah yang telah diberikan kepadaku."

dari pihak pasukan kaum Quraisy terbunuh 70 orang dan tertawan 70 orang. Sedang dari pihak pasukan Islam, gugur 6 orang dari kalangan Muhajirin, dan 8 orang dari kalangan Anshar.

Rasulullah saw. kembali ke Madinah dengan gagah, penuh kemenangan. Seluruh musuhnya di Madinah dan sekitarnya merasa gentar. Banyak penduduk Madinah yang masuk Islam karenanya. Rasulullah memerintahkan dua pembawa berita mendahului ke Madinah. Salah satunya 'Abdullah bin Rawahah, satunya lagi adalah Zaid bin Haritsah.

Para tawanan di bawa serta, dan berada di bawah pengawasan Syuqran, budak Rasulullah saw.. Ketika tiba di Rauha' Rasulullah saw. disambut oleh umat Islam. Mereka menyampaikan ucapan selamat atas kemenangan yang telah diberikan Allah kepadanya dan umat Islam yang menyertainya.

Sementara itu di rumah-rumah kaum musyrik di Makkah, terdengar ratap tangis. Mereka menangisi korban-korban dari kalangan kaum Quraisy. Ketakutan menyelusup ke dalam hati mereka dan musuh-musuh Islam lainnya. Abu Sufyan bersumpah tidak akan menyentuhkan kepalanya dengan air sebelum ia menyerang Rasulullah saw. dan umat Islam. sedangkan umat Islam yang masih di Makkah yang di anggap remeh, mendapatkan kekuatan dan keberanian pada diri mereka.

Rasulullah saw. berpesan mengenai tawanan; "Perlakukanlah tawanan dengan sebaik-baiknya." Abu 'Azizi bin 'Umair (saudara kandung Mush'ab bin 'Umair yang ketika perang tersebut dia adalah pembawa bendera kaum Quraisy) menceritakan; "Aku berada pada sekelompok kaum Anshar, ketika mereka membawaku dari perang Badar sebagai tawanan. Jika mereka menghidangkan makan siang dan makan malam, mereka membuatkan secara khusus untukku berupa roti. Sedangkan mereka hanya makan kurma, hal itu karena pesan Rasulullah saw. kepada mereka mengenai tawanan seperti kami. Tidak seorangpun di tangannya terdapat sepotong roti, melainkan pasti diberikan kepadaku. Lalu aku merasa malu dan roti itupun segera kukembalikan. Akan tetapi roti tersebut ternyata dikembalikan lagi kepadaku, hingga aku tidak berani menyentuhnya."

Di antara para tawanan terdapat paman Rasulullah saw. al-'Abbas bin 'Abdul Muthalib, saudara sepupu Rasulullah saw., 'Uqail bin Abi Thalib dan menantu Rasulullah saw. Abul 'Ash bin ar-Rabi', suami Zainab. Hukum Islam berlaku umum, untuk semua orang, tidak membedakan antara keraba

Tidak ada komentar:

Posting Komentar