1.Berawal dari Perang Salib
Pada postingan sebelumnya, saya menempatkan Freemansonry sebagai satu dari enam organisasi rahasia paling berbahaya di dunia.
Penempatan tersebut tidak berlebihan, karena berdasarkan berbagai
referensi maupun buku yang saya baca, banyak sekali kejadian di dunia
ini yang bahkan berdampak pada perubahan sejarah peradaban manusia, yang
terkait dengan mereka, seperti Revolusi Perancis, Kemerdekaan Amerika
Serikat, dan berdirinya negara Israel di kawasan Timur Tengah.
Kali ini saya memposting artikel yang akan membuat kita mengenal lebih mendalam tentang organisasi persaudaraan rahasia kaum Yahudi ini, karena gerakan mereka hingga kini masih terus berjalan, bahkan kian agresif, untuk segera merealisasikan cita-cita pembentukan The New World Order atau Tatanan Dunia Baru
atau Novus Ordo Seclorum dimana mereka dan Israel sebagai pemegang
kendali utama atas dunia dengan cara, antara lain, mendirikan kembali
Haikal Sulaiman, membuat kekacauan dimana-mana, dan menciptakan perang
semesta atau perang akhir zaman yang akrab disebut perang Armageddon.
Sekitar 14 abad lalu, ketika Nabi Muhaammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menerima wahyu yang kemudian dicatatkan oleh para sahabat sebagai mushaf Kitab Suci Al Qur’an, Allah Subhanahu wa Ta'ala
telah mengingatkan manusia tentang watak kaum bani Israil alias bangsa
Yahudi. Dalam Al Qur’an surah Al Isra 17 ayat 4, Allah berfirman;
“Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu:
“Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali, dan
pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar.”
Data postingan ini saya olah dari berbagai sumber, termasuk dari Konspirasi.com.
Sejarah berdirinya Freemasonry berawal dari Perang Salib pada abad ke-12 yang dicetuskan oleh salah seorang petinggi Vatikan bernama Paus Urbanus II dan seorang pendeta bernama Peter the Hermit
(Peter si Pertapa) untuk merebut kembali Palestina dan kota suci
Yerusalem yang dikuasai Dinasti Seljuk yang notabene merupakan umat
Muslim, berdasarkan Perjanjian Aelia antara Khalifah
Umar dengan Partiarch Yerusalem Uskup Agung Sophronius yang mewakili
Gereja Katolik Romawi Bizantium (Timur). Paus Urbanus II mengobarkan
Perang Salib karena ketika itu di Vatikan sedang terjadi persaingan
untuk merebut tahta kepausan, sehingga banyak ahli sejarah meyakini,
Paus Urbanus II melakukan hal ini untuk menarik simpati umat Kristen
Katolik. Sementara Peter si Pertapa, menurut Rizki
Ridyasmara dalam buku Knight Templar, Knight of Christ yang ditulisnya
menyebut, ikut mengobarkan Perang Salib karena dipengaruhi Ordo Kabbalah, salah satu organiasi rahasia Yahudi yang telah eksis saat itu.
Ajakan Paus Urbanus II dan Peter si
Pertapa disambut hangat oleh umat Kristen di Eropa, karena sesungguhnya
penyerahan Palestina oleh Uskup Agung Sophronius
menimbulkan kemarahan luar biasa bagi kalangan Gereja Katolik Romawi
Barat, sehingga sejak penyerahan dilakukan, mereka telah menyimpan
dendam terhadap umat Muslim, dan bertekad akan merebutnya kembali suatu
saat. Apalagi karena mereka menganggap, bahwa Yerusalem merupakan kota suci umat Kristen, bukan umat Islam.
Perang Salib pun pecah. Perang ini
digambarkan termasuk perang paling sadis dalam sejarah manusia, karena
para Pejuang Salib yang dipimpin Godefroy de Bouillon
dan terdiri dari 20.000 prajurit terlatih serta 20.000 preman dan
penjahat di kawasan benua Eropa yang diterjunkan, tak segan-segan
melakukan apa saja untuk merebut kembali Palestina dan Yerusalem yang
penguasaannya telah beralih dari Dinasti Seljuk ke Dinasti Fathimiyah.
Sambil menyanyikan lagu-lagu pujian, mereka membanjiri jalan-jalan
Yerusalem, membongkar tenda-tenda, mendobrak pintu-pintu rumah, membakar
masjid, dan membantai semua manusia yang ditemui, baik laki-laki maupun
perempuan, anak-anak maupun orang dewasa. Dinasti Fathimiyah tak
berdaya karena kalah dalam jumlah tentara. Penduduk yang panik banyak
yang berlarian menuju Masjid Al Aqsa dengan harapan dapat aman di situ,
namun mereka keliru. Pejuang Salib mengejar mereka ke sana dan
membantainya tanpa sisa.
Dalam laporannya kepada Paus Urbanus II, salah seorang pemimpin pasukan Salib menulis begini ; "Jika
Paduka ingin mendengar bagaimana kami memperlakukan musuh-musuh kita di
Yerusalem, ketahuilah, di Portico dan Haikal Sulaiman, kami berkuda di
atas darah najis kaum Saracen (Muslim), yang tinggi genangannya itu
mencapai lutut kuda-kuda kami".
Pada 1099, Yarusalem jatuh ke tangan
Pejuang Salib, dan Baldwin I yang merupakan adik kandung Godefroy de
Bouillon, diangkat sebagai raja di Yerusalem.
Sekitar dua puluh tahun kemudian, atau tepatnya pada 1118, seorang bangsawan dari Champagne, Perancis, bernama Hugues de Payens,
mendatangi King Baldwin I bersama delapan rekannya, dan menawarkan diri
untuk menjadi petugas keamanan bagi masyarakat dari seluruh daratan
Eropa yang kala itu, sejak Yerusalem jatuh ke tangan pejuang Salib,
berbondong-bondong datang ke kota suci itu untuk berziarah. King Baldwin
I menerima tawaran tersebut, dan memberinya markas di sayap kiri istana
untuk orang-orang yang menyebut dirinya sebagai Order of The Poor
Knights of Christ and of The Temple of Salomon (Ordo Ksatria Miskin
Pembela Kristen dan Kuil Sulaiman) itu.
Menurut penelitian Lynn Picknett dan
Olivia Prince, Hughues de Payens dan kedelapan Ksatria Templar
sebenarnya merupakan anggota Gereja Yohanit, gereja yang mengakui
Yohanes Pembaptis sebagai Kristus, bukan Yesus. Mereka mengaku sebagai Order of The Poor Knights of Christ and of The Temple of Salomon
untuk menutupi maksud dari tujuan mereka yang sebenarnya ke Yerusalem.
Terbukti, berdasarkan penelitian yang dilakukan pada abad ke-19,
sejumlah peneliti, di antaranya Charles Wilson, menemukan jejak-jejak
bekas penggalian dan eskavasi di bawah pondasi Kuil Sulaiman yang berada
persis di atas kamar-kamar yang diberikan King Baldwin I di sayap kiri
istana sebagai markas bagi para Templar. Bukti yang menguatkan bahwa
memang Templar yang melakukan penggalian, diketahui berdasarkan bentuk
alat-alat penggalian dan peninggalan arkeologis yang ditemukan, yang
mengarah pada ordo ini. Bukti-bukti itu kini menjadi koleksi Robert
Byrdon, seorang kolektor yang telah banyak mengoleksi benda-benda yang
terkait dengan Templar.
Penemuan ini menguatkan dugaan, bahwa
selama berpura-pura menjadi petugas keamanan bagi para peziarah, Templar
mencari sesuatu di reruntuhan Kuil Sulaiman. Bahkan sejarawan Perancis
Ghaetan de Laforge mengatakan, misi Templar yang sebenarnya selama di
Yerusalem adalah melakukan penyelidikan untuk mendapatkan berbagai
barang peninggalan dan naskah yang berisi intisari dari tradisi-tradisi
rahasia Yahudi dan Mesir Kuno. Peninggalan dimaksud di antaranya berupa
harta karun dan Tabut Suci yang dianggap sebagai benda paling sakral, sekaligus sebagai lambang kejayaan bangsa Yahudi.
Tabut Suci terbuat dari kayu akasia
berlapis ukiran dari emas pada bagian luar dan dalamnya. Benda ini
memiliki panjang 44 inchi, lebar 26 inchi dan tinggi 26 inchi.
Penutupnya dihiasi replika berbentuk malaikat Serubin (Cherub)
dalam posisi berhadap-hadapan. Selain menjadi tempat penyimpanan
benda-benda keramat berupa cawan emas, tongkat Nabi Harun as, dan naskah
Taurat asli yang diterima Nabi Musa as dari Allah Subhanahu wa Ta'ala
di Bukit Sinai, benda itu juga berfungsi sebagai
penjaga bangsa Yahudi kala malam hari, baik dari kegelapan maupun dari
gangguan bintang buas dan para penjahat, karena jika malam, Tabut itu
mengeluarkan tiang api yang menerangi lokasi dimana umat Nabi Musa as
itu berada.
Pada 587 SM, ketika Yerusalem diserang
dan Haikal Sulaiman dihancurkan bangsa Babylonia di bawah pimpinan Raja
Nebukadnezar II, Tabut itu hilang, dan bangsa Yahudi ingin menemukannya
kembali. Namun, pencarian Templar agaknya gagal mendapatkan benda
keramat tersebut, karena hingga kini pun bangsa Yahudi masih terus
mencarinya, termasuk dengan melakukan penggalian di lahan Haram al-Syarif, Palestina, dimana masjid Al Aqsa dan Dome of The Rock berada. Pasalnya, di atas lahan itulah dulu Haikal Sulaiman berdiri.
Dan juga untuk diketahui, dalam Al
Qur'an pun, seperti dalam surah An Naml, Allah menjelaskan, bahwa
kerajaan Nabi Sulaiman merupakan kerajaan termegah pada zamannya, pada
960 M. Istana Nabi Sulaiman atau Haikal Sulaiman
memiliki gaya arsitektur yang sangat luar biasa yang tak ada di
istana-istana lainnya pada masa itu, serta dilengkapi dengan berbagai
karya seni berkualitas tinggi dan benda-benda berharga. Jalan masuknya
terbuat dari kaca. Kemegahan Haikal Sulaiman itu membuat Ratu Balqis
terpesona dan mengakui keagungan Allah, serta masuk Islam.
Selain itu, mukjizat berupa kemampuan
berkomunikasi dengan hewan dan memerintah makhluk gaib seperti jin yang
diberikan Allah kepada Nabi Sulaiman, juga membuat Nabi ini bergelimang
harta kekayaan. Harta itu di antaranya ada yang berasal dari dasar laut
yang diambil oleh jin yang diperintah Nabi Sulaiman.
Para peneliti percaya, setelah melakukan
penggalian, kecuali Tabut, Templar menemukan apa yang dicarinya. Karena
itu, meski mereka menyebut dirinya sebagai ksatria-ksatria miskin,
namun mereka dapat hidup dalam gelimang kemewahan. Mereka bahkan mampu
membangun sebuah bisnis berbasis bunga seperti sistem perbankan pada
saat ini, dan memperluas jaringan hingga ke seluruh Eropa. Sejarah juga
mencatat, bersamaan dengan perubahan gaya hidup Templar tersebut,
agaknya apa yang mereka temukan selama melakukan penggalian, juga
mengubah keyakinan mereka dalam beragama, karena mereka kemudian
memiliki keyakinan yang bertentangan dengan Gereja. Menurut sejumlah
kalangan, sesuatu yang juga mereka temukan adalah suatu ajaran tentang Kabbalah, sebuah ajaran mistik kuno yang berakar pada sejarah Fir'aun pada zaman Mesir kuno.
Pada 1187 komandan besar Islam Shalahuddin Al Ayyubi mengalahkan pejuang Salib dalam peristiwa yang disebut Pertempuran Hittin,
dan merebut kembali Yerusalem. Bahkan pada Mei 1291, benteng Acre,
benteng terakhir yang dikuasai pasukan Salib di Palestina, juga berhasil
direbut Shalahuddin, meski pasukan Salib dan Templar sempat berusaha
mempertahankannya mati-matian. Peristiwa ini membuat para Templar
meninggalkan Yerusalem dan menyeberang ke sejumlah negara di Eropa,
terutama Perancis, dan berusaha menghasut para raja dan bangsawan Eropa
agar melakukan pembalasan. Namun para penguasa di Eropa menolak karena
selain telah lelah dan jemu terus berperang, mereka pun sudah kehabisan
dana. Maka, jadilah mereka kstaria-kstaria kaya raya, namun tak punya
pekerjaan alias menganggur. Kondisi ini membuat mereka lambat laun
menjadi arogan dan senang mabuk-mabukan. Mareka bahkan menjadi trouble
maker di wilayahnya.
Kelakuan para Templar ini mengganggu
kenyamanan para bangsawan, raja-raja Eropa dan Paus di Vatikan. Apalagi
karena selain kaya raya, para Templar memiliki kemampuan lintas negara
akibat jaringan luas yang dimilikinya yang diatur dengan sangat rapi dan
kuat. Puncaknya pada 1306 ketika Templar menolak Raja Perancis Phillipe le Bel
atau Phillipe IV yang ingin bergabung dengan ordonya, sehingga setahun
kemudian, atau pada 1307, dengan didukung Paus Clement V, Phillipe le
Bel memutuskan untuk membasmi Templar. Apalagi karena Phillpe mendapat
informasi kalau diam-diam Templar telah menyeleweng jauh dari ajaran
Kristen dan berpaling kepada bid'ah. Templar dikabarkan sering
menyelenggarakan upacara-upacara pemujaan terhadap Baphomet,
iblis berkepala kambing dalam mitologi Yahudi dan menjadi lambang
okultisme, sembari meludahi salib. Bahkan ada pula ritual-ritual
tertentu yang diakhiri dengan hubungan seks antara anggota dengan
pemimpinnya. Bahkan tersiar kabar kalau Templar juga mempraktekkan
hubungan homoseksual.
Operasi penumpasan Templar dilakukan
dengan sangat cepat. Para Templar pun kocar-kacir. Di antara mereka ada
yang ditangkap dan diinterogasi sambil disiksa agar mengakui perbuatan
bid'ah yang mereka lakukan. Bahkan Imam Besar (Grand Master) Templar, Jacques de Molay,
pada 1314 dibakar di tiang salib bersama dua bawahannya. Saat api
membakar dirinya, de Molay sempat mengutuk Phillipe dan Paus Clement V
dengan kata-kata; "Setahun setelah kematianku, kalian berdua akan segera
menyusulku menghadap Tuhan". Entah karena sihir atau hanya kebetulan,
sebulan setelah kematian Molay, Clement V meninggal akibat disentri,
sedang Phillipe meninggal tujuh bulan kemudian tanpa pernah diketahui
penyebabnya.
Sementara itu, sebagaian besar Templar
yang selamat, 'mengungsi' ke Skotlandia, satu-satunya kerajaan di Eropa
yang kala itu, pada abad 14, tidak mengakui kekuasaan Gereja Katolik.
Bahkan dengan senang hati Raja Skotlandia Robert the Bruce
menyembunyikan mereka ke dalam gilda (serikat pekerja) di Kepulauan
Inggris, dan menyusupkan mereka ke lodge-lodge (pemondokan) para tukang
batu (mason). Dari sinilah organisasi rahasia Freemasonry bermula, karena dari sini nama Templar menjadi Freemasonry.
Sedang Templar yang melarikan diri ke Portugal mengubah nama ordo
mereka menjadi Knights of Christ Order (Ordo Ksatria Kristus).
Beberapa peneliti yang meyakini bahwa Freemasonry berasal
dari Templar di antaranya John J. Robinson dengan bukunya Born in
Blood, serta Micheal Baigent dan Richard Leigh dengan bukunya The Temple
and The Lodge. Bahkan Baigent-Leigh yakin, meski Freemasonry berawal
di Skotlandia, organisasi itu baru benar-benar terbentuk setelah
menyebar ke Inggris pada 1603 bersamaan dengan naiknya Raja Skotlandia
King James VI ke tahta kerajaan Inggris.
Selain ke Skotlandia dan Portugal, para
Templar juga lari ke Spanyol dan Malta. Di kerajaan-kerajaan ini mereka
berbaur dengan penduduk setempat yang mayoritas memeluk agama Katolik
Roma, dan kebanyakan dari mereka juga berganti nama atau meminta suaka
kepada bangsawan dan tuan tanah di kerajaan-kerajaan itu. Tak sedikit
permintaan suaka ini dipenuhi, namun tidak gratis, karena para bangsawan
dan para tuan tanah itu tahu kalau para Templar kaya raya. Mereka
meminta uang atas perlindungan yang diberikan, dan bahkan kemudian
bermitra dengan meneruskan bisnis usaha 'perbankan' yang pernah dirintis
Templar.
2. Demi The Promise Land
Freemasonry berasal dari dua kata, yakni free yang berarti bebas, dan mason yang berarti tukang batu atau tukang bangunan. Namun demikian, freemasonry diartikan sebagai ‘pembangun kebebasan’,
dan organisasi ini menamakan gedung tempat organisasi dikelola dengan
lodge, sama dengan nama pemondokan para tukang batu di Skotlandia tempat
dimana organisasi terbentuk, dan bentuknya pun sama persis dengan
lodge-lodge para tukang batu itu. Karenanya, dimanapun organisasi ini
berkiprah, jejaknya dapat dilacak melalui keberadaan lodge. Di
Indonesia, lodge antara lain dapat ditemukan di kawasan Jakarta,
Surabaya, Medan, Banda Aceh, Padang, Palembang, dan Pekalongan. Dalam
bukunya yang berjudul Jejak Freemason dan Zionis di Indonesia, Herry
Nurdi menyebut kalau gedung Bappenas yang berdiri megah di kawasan
Menteng, Jakarta Pusat, adalah lodge kaum Mason. Dulunya gedung ini
bernama Adhuc Stat. Ini membuktikan bahwa Freemason pun telah menjadikan
negara ini sebagai salah satu wilayah pergerakannya.
Lodge pertama yang dibuat Freemasonry adalah Grand Lodge of England
yang diresmikan bersamaan dengan diproklamirkannya keberadaan
organisasi ini di Inggris pada 24 Juni 1717. Lodge inilah yang dijadikan
basis utama kegiatan para masonik (anggota Freemasonry).
Seperti umumnya sebuah organisasi,
Freemansonry juga memiliki hirarki berupa tingkatan-tingkatan atau
diistilahkan dengan derajat keanggotaan. Berdasarkan kongres di London
pada 1717, hirarki organisasi ini diputuskan menyerupai piramida yang
tersusun dari 33 lapisan yang disebut Scottish Rite atau Sekte
Skotlandia, dan 13 tingkatan yang disebut York Rite atau Sekte York.
Lihat gambar di bawah ini.
Status keanggotaan yang paling rendah pada Scottish Rite
disebut entered apprentice yang posisinya berada di dasar piramida.
Status ini diberikan bagi para anggota baru. Sedang status tertinggi
pada Scottish Rite atau status pada urutan 33 yang berada di puncak
piramida disebut Sovereign Grand Inspector General. Pada status inilah pentolan-pentolan yang berwenang membuat kebijakan, berada.
Pada York Rite, status terendah yang berada di dasar piramida juga disebut entered apprentice, dan diperuntukkan bagi para anggota baru. Sedang status tertinggi berada pada tingkatan ke-13 yang disebut Order of Knight Templar.
Selain penetapan status, dalam struktur resmi Freemansonry juga mencantumkan delapan
organisasi sekutu mereka (allied organization of Freemansonry), yakni
Tall Cedars of Lebanon, Orders of Eastern Star, Grotto, Job’s Daughter,
Rainbow Girls, Orders of De Molay, Shrine, dan Daughter of The Nile. Setiap
orang yang menyatakan bersedia menjadi anggota organisasi ini harus mau
diindoktrinasi sesuai tujuan utama pergerakan, bersedia disumpah, dan
bersedia mengikuti ritual-ritual yang mereka lakukan yang tak jauh
berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Knights Templar sebelum
diberangus Raja Perancis Philippe le Bel dan Paus Clement V pada 1307.
Karena merupakan transformasi dari
Knights Templar, tujuan utama pergerakan Freemansory tak jauh berbeda
dengan Templar, yakni merealisasikan konsep The Promise Land atau Tanah
Yang Dijanjikan yang dibuat para pemuka Yahudi ketika hidup dalam
pengasingan di Babylonia ketika Yerusalem dikuasai Raja Nebukadnezar II.
Itu sebabnya Knights Templar pada 1118 berpura-pura menjadi petugas
keamanan bagi orang Eropa yang ingin berziarah ke Yerusalem setelah kota
suci itu dapat direbut kembali oleh para Pejuang Salib pada 1099, namun
sebenarnya, seperti dikatakan sejarawan Perancis Ghaetan de Laforge,
mengemban misi untuk mendapatkan berbagai barang peninggalan dan naskah
yang berisi intisari dari tradisi-tradisi rahasia Yahudi dan Mesir kuno.
Siapakah yang memberi misi kepada
Knights Templar, dan mengapa para pemuka Yahudi membuat konsep The
Promise Land? Mari kita mundur jauh ke belakang, ke zaman sebelum
Babylonia dikuasai Raja Nebukadnezar II pada 587 SM.
Bangsa Pembangkang
Bani Israil alias bangsa Yahudi
merupakan saudara bangsa Arab, karena kedua bangsa ini berasal dari satu
‘bapak’, yakni Nabi Ibrahim as. Hanya saja, jika bani Israil berasal
dari anak Nabi Ibrahim as yang bernama Ishaq dari istri bernama Siti
Sarah, sedang Bani Hasyim atau bangsa Arab yang juga disebut suku
Quraisy, berasal dari anak Nabi Ibrahim yang bernama Ismail dari istri
bernama Siti Hajar.
Sejarah mencatat, meski bersaudara,
kedua bangsa ini bermusuhan dan selalu berperang. Pemicunya adalah watak
Bani Israil yang licik, keras kepala, dan egois. Bangsa Israil bahkan
kian lama kian sesat karena gemar mendalami ilmu sihir yang dipraktekkan
para pendeta tinggi Fir’aun, dan menyembah berhala (paganisme). Kisah
Samiri yang dimuat dalam Al Qur’an memperjelas hal ini. Patung sapi
betina yang dibuat Samiri merupakan adopsi dari bentuk Hathor dan Aphis, patung dewa Mesir kuno yang juga berbentuk sapi betina, dan terkait dengan penyembahan terhadap Dewa Matahari (The Sun God).
Namun demikian, Allah tetap berusaha menyelamatkan mereka dari kejaran Fir’aun dan balatentaranya dengan memerintahkan kepada Nabi Musa as
agar memukul lautan dengan tongkatnya, dan laut pun terbelah sehingga
Bani Israil dapat menyeberang, sementara Fir’aun dan balatentaranya
terbenam, lalu tewas.
Namun meski telah ditolong, Bani Israil
tetap pada kesesatannya, sehingga Allah mengutuk mereka, dan
mengharamkannya memasuki Tanah Suci Palestina hingga beberapa tahun.
Bani Israil baru dapat memasuki tanah suci itu kembali pada zaman Nabi Daud as
yang merupakan ayah Nabi Sulaiman as. Mereka memasuki Palestina dari
Sinai, dan kemudian menguasai Yerusalem. Ini terjadi sekitar tahun 2000
SM.
Pada 960 SM, Nabi Sulaiman mendirikan
istana di Yerusalem yang kemudian dikenal sebagai Haikal Sulaiman.
Setelah mengalami pasang surut kejayaan dan kemunduran, 370 tahun
kemudian bangsa Babylonia yang dipimpin Raja Nebukadnezar II menduduki
Yerusalem dan menghancurkan Haikal Sulaiman. Bangsa Yahudi ditangkap dan
ditawan, dan kemudian diasingkan ke Babylonia. Kejadian ini membuat
para pemuka Yahudi bertekad untuk dapat kembali ke Palestina meski
bagaimanapun caranya. Untuk itu mereka membuat konsep The Promise Land, dan meyakini bahwa Bani Israil merupakan bangsa pilihan Tuhan.
Mereka bahkan menganggap bahwa bangsa di luar Yahudi adalah bangsa
kelas dua yang mereka sebut sebagai ghoyim atau gentiles, dan yang
diciptakan Tuhan untuk melayani seluruh kepentingan mereka.
Berbekal konsep tersebut, bangsa Yahudi
selalu berusaha agar dapat kembali ke Palestina dan menguasai Yerusalem.
Mereka sempat berhasil ketika pada 70M, Romawi yang dipimpin
panglimanya, Titus, menguasai kota suci itu. Namun pemberontakan yang
dilakukan Yahudi pada 132-135 M, membuat bangsa Bani Israil ini harus
lari tunggang langgang meninggalkan Yerusalem karena dibantai. Mereka
menyebar ke seluruh penjuru Bumi, namun tetap bertekad akan kembali
menguasai Yerusalem pada suatu saat kelak. Tak heran jika akhirnya
bangsa Yahudi menjadi begitu suka, dan bahkan sengat terbiasa, untuk
bergerak dalam organisasi-organisasi rahasia dan penuh konspirasi.
Bahkan sebelum Knights Templar muncul, sejarah mencatat adanya sebuah
organisasi rahasia bangsa Yahudi yang bernama Priory of Sion atau
Biarawan Sion. Organisasi inilah yang diduga memberi misi kepada Templar
untuk menggali di Haikal Sulaiman dengan berpura-pura bekerja kepada
King Baldwin I sebagai penjaga keamanan bagi masyarakat Eropa yang
berziarah ke Yerusalem. Dalam buku 'Knights Templa, Knights of Christ'
yang ditulisnya, Rizki Ridyasmara menyebut kalau Templar adalah ordo
militer yang dibentuk Biarawan Sion.
3 : Halalkan Segala Cara
Freemasonry punya segudang cara untuk merealisasikan konsep The Promise Land. Organisasi ini bahkan menjadi sangat berbahaya karena
masa lalunya yang buruk dengan Islam maupun Kristen, membuatnya tak
segan melakukan apapun. Termasuk membuat suatu konspirasi untuk
menghancurkan atau membunuh seseorang, menghancurkan sebuah institusi,
bahkan negara, untuk kemudian menguasai dan menjadikannya sebagai
bonekanya. Selain itu, mereka juga menggunakan politik adu domba demi
mendapatkan keuntungan dari konflik yang terjadi.
Pada 1381 atau sekitar 74 tahun setelah
Knights Templar dibasmi Raja Perancis Phillipe le Bel dan Paus Clement
V, meletus pemberontakan petani di Inggris yang diyakini John J.
Robinson, penulis buku Born in Blood, didalangi oleh para
Templar untuk membalas dendam terhadap gereja Katolik. Sejarah bahkan
mencatat, pada 1640 hingga 1660 terjadi pergolakan di Inggris yang
kemudian dikenal sebagai Revolusi Inggris. Para ahli sejarah percaya, Freemasonry berada di balik gejolak ini dengan tujuan untuk melemahkan negara itu dan menguasainya secara politik maupun ekonomi.
Ini terbukti, karena saat gejolak
masih berlangsung, para Mason memprovokasi raja Inggris ketika itu, King
William III, agar memerangi Perancis yang mayoritasnya beragama
Katolik. Perang benar-benar terjadi, dan perang ini menjerumuskan
Inggris dalam jeratan utang yang sangat besar untuk membiayai perang
tersebut. Agar negara tidak bangkrut, King William III meminjam uang
kepada bankir Yahudi yang juga anggota Freemasonry,
dan pinjaman diberikan sebasar 1.250.000 poundsterling, namun dengan
sejumlah syarat, di antaranya diizinkan mendirikan Bank Central Inggris.
King William III tak punya pilihan. Pada 27 Juli 1694, Bank of England
pun didirikan dan menjadi bank sentral swasta pertama di dunia.
Tak berhenti sampai di situ, uang yang
dipinjam King William III dikenakan bunga, sehingga dalam empat tahun
utang kerajaan Inggris meningkat 13 kali lipat menjadi 16.000.000
poundstreling.
“Inilah catatan sejarah pertama kali
tentang penjarahan besar-besaran uang rakyat sebuah negara melalui skema
perbankan yang sama sekali tidak disadari oleh para petinggi Negara
yang bersangkutan,” ujar Indra Aidil, peneliti sejarah Zionisme, seperti
dikutip dari buku Knights Templar Knights of Christ.
Mengapa Freemasonry ingin
menguasai Inggris secara politik maupun ekonomi? Jawabannya adalah,
karena pada masa itu Inggris merupakan salah satu negera terkuat di
Eropa, bahkan di dunia. Negara lainnya yang sekuat Inggris adalah
Perancis, dan negara ini pun tak henti-hentinya diganggu Freemasonry. Bahkan akhirnya seperti dialami Inggris, dengan memperalat tokoh Perancis berdarah bangsawan, Comte de Mirabeu,
pada Juli 1789 rakyat negara itu memberontak dan pecahlah apa yang
kemudian disebut sebagai Revolusi Perancis. Tujuannya jelas, selain
balas dendam masa lalu karena Raja Phillipe le Bel membantai Templar,
juga karena jika Inggris dan Perancis dikuasai, maka akan tercipta
peluang-peluang yang akan mempermudah bagi Freemasonry untuk
merealisasikan The Promise Land, dan ini terbukti pada 1948, karena
negara Israel berdiri atas dukungan Amerika dan Inggris.
Selain itu, sejak keberadaannya
diproklamirkan pada Juni 1717, tujuan yang hendak dicapai para Mason tak
lagi hanya sekedar merealisasikan The Promise Land, namun juga ingin
menguasai dunia dengan menciptakan Tatanan Dunia Baru atau The New World
Order dimana mereka sebagai penguasanya. Mereka menganggap, ini harus
dilakukan karena mereka adalah bangsa Terpilih, dan para ghoyim (non
Yahudi) adalah bangsa-bangsa yang diciptakan untuk melayani mereka.
Pada 1773, menurut buku Knights Templar Knigths of Christ, salah seorang pentolan Freemasonry yang
juga seorang miliuner berdarah Yahudi, Mayer Amshell (Rothschild I),
mengundang duabelas rekannya sesama tokoh Yahudi Masonik ke kediamannya
di Frankfurt, Jerman. Dalam kesempatan itu, Mayer memberitahu kalau dia
telah menemukan seseorang yang dinilai sangat cocok untuk menjalankan
suatu organisasi yang akan dibentuk untuk mewujudkan rencana menguasai
dunia. Nama orang itu adalah Adam Weishaupt, seorang Yahudi yang lahir
di Ingolstadt, Jerman, pada 6 Februari 1748. Organisasi yang dibentuk
bernama Perfectibilisen (Kelompok Yang Sempurna), namun pada 1 Mei 1776
berubah menjadi Illuminati. Hebatnya, setiap 1 Mei kini diperingati
sebagai Hari Buruh Sedunia.
4: Ingin Kuasai Dunia
Adam
Weishaupt lahir dari keluarga Yahudi Ortodoks yang beralih memeluk
Katolik Roma. Ia sangat cerdas dan mahir berbahasa Inggris, Chech,
Italia, dan Ibrani. Ia sempat menjadi anggota ordo Jesuit, namun
kemudian, karena tak puas pada peraturan ordo yang dianggap terlalu
mengekang, dia memberontak dan menjadi professor di bidang hukum gereja
di Universitas Ingolstadt.
Tak ada catatan sejarah tentang
bagaimana Freemansory mendekati pria ini, namun gerakannya sebagai
anggota organisasi persaudaraan rahasia Yahudi ini ditengarai dimulai
pada 1770 melalui organisasi yang disebut Perfectibilisen. Nama
organisasi ini diambil dari kaum Kathari yang musnah akibat serangan
tentara Paus Innocentius III saat Perang Salib Albigensian. Sama seperti
Freemansonry, hirarki organisasi ini berbentuk piramida.
Strategi yang disusun Weishaupt untuk
melaksanakan tugas yang diemban ‘majikannya’ amat mengerikan. Demi
mewujudkan Pemerintahan Satu Bumi (E Pluribus Unum), anggota
Freemansonry bernama sandi Spartacus ini membuat kebijakan sebagai
berikut :
- Penghapusan dan penguasaan seluruh penguasa pemerintahan negara-negara dunia yang berpengaruh.
- Penghapusan dan pengusaaan seluruh lahan pribadi
- Penghapusan dan penguasaan kekayaan keturunan
- Penghapusan dan penguasaan terhadap jiwa pejuang
- Penghapusan dan penguasaan terhadap ikatan keluarga
- Penghapusan dan penguasaan terhadap agama-agama dunia
Yang dimaksud dengan penghapusan
dan penguasaan seluruh penguasa pemerintahan negara-negara dunia yang
berpengaruh, adalah dengan caramenjadikan para penguasa negara-negara
itu sebagai kaki tangannya, dan tujuan ini sudah sangat-sangat berhasil,
karena Amerika Serikat hanyalah satu saja dari begitu banyak negara di
dunia ini yang telah berada dalam cengkeraman Freemasonry-Illuminati, dan menjadi kuda tunggangan yang paling nyaman.
Yang dimaksud penghapusan dan penguasaan
terhadap seluruh lahan pribadi, adalah dengan cara menyusupkan ide-ide
dasar mereka ke tiap-tiap orang di dunia ini melalui perangkat yang
dapat digunakan, seperti media massa, budaya, lembaga pendidikan,
ekonomi, dan sebagainya.
Yang dimaksud dengan penghapusan dan
penguasaan kekayaan keturunan, adalah menguasai sumber daya alam yang di
kandung dalam perut Bumi, laut, dan udara yang dimiliki berbagai
bangsa.
Yang dimaksud dengan penghapusan dan
penguasaan terhadap jiwa pejuang, adalah dengan cara melemahkan spirit
para pemuda dan pemudi agar tidak lagi mau bersusah payah bekerja keras,
tidak mau lagi bersusah payah belajar, dan tidak mau lagi bersusah
payah menemukan sesuatu yang baru dan berguna bagi kehidupan manusia,
dan menjadikan para pemuda-pemudi penerus generasi bangsanya itu sebagai
orang-orang yang hanya memikirkan kesenangan hidup (hedonis), gemar
berfoya-foya, lebih banyak menghabiskan waktunya untuk sesuatu yang
bersifat hiburan semata, dan lebih asyik mengejar kenikmatan duniawai
baik dalam bentuk jabatan, pangkat, harta, dan seks.
Yang dimaksud penghapusan dan penguasaan
terhadap ikatan keluarga memiliki arti yang sangat luas, bukan dalam
ikatan sebuah rumah tangga, melainkan ikatan sebagai suatu bangsa, suku,
dan negara. Untuk tujuan ini, Illuminati menyerang psikologis suatu
bangsa agar tidak lagi memiliki rasa nasionalisme, mengacuhkan sukunya,
dan asyik mengejar kebutuhan duniawi untuk diri sendiri atau
kelompoknya. Dewasa ini, banyak sekali anak suatu bangsa yang memerangi
sesamanya hanya demi kekuasaan atau pengaruh. Bangsa Indonesia bahkan
kini termasuk bangsa yang lebih mencintai produk luar negeri dibanding
produk bangsanya sendiri.
Yang dimaksud penghapusan dan
penguasaan terhadap agama-agama dunia, adalah dengan merusak esensi
ajaran asli agama-agama yang ada, karena meski di antara bangsa Yahudi
ada yang beragama Kristen, namun mayoritas dari mereka, termasuk
pengurus dan anggota Freemasonry-Illuminati, adalah penganut Kaballah.
Pada 1782, Illuminati menyelenggarakanoikumene atau pertemuan bersama dengan Freemasonry di Wilhelmsbad. Dalam kongres ini, Comte de Virieu, seorang bangsawan yang diduga anggota rendah Freemasonry,
hadir. Ketika kongres masih berlangsung, Comte keluar sambil gemetaran.
Ia ditegur oleh sejumlah orang, dan dengan terbata-bata, sambil masih
gemetaran, Comte berkata ; “Saya tidak mungkin membuka tabir mereka
kepada kalian. Saya hanya dapat menyampaikan, bahwa semua ini merupakan
sesuatu yang sangat serius dan jauh di luar jangkauan fikiran kalian
semua”.
Comte lalu melepas keanggotaannya di Freemasonry, dan mengatakan bahwakelompok persaudaraan itu tak ada bedanya dengan horor.
5 : Mengusai Amerika
Dengan
adanya Illuminati, gerakan Yahudi untuk menguasai dunia kian efektif.
Apalagi karena menurut catatan sejarah, para Mason 'ikut turun tangan'
dalam kemerdekaan Amerika Serikat yang terjadi pada 4 Juli 1776 dengan
tujuan menjadikan negara itu sebagai basis gerakan utama mereka. Para
Mason tak puas, karena meski sejumlah negara di Eropa seperti Inggris,
Perancis, Jerman, Portugis, dan lain sebagainya telah mereka kuasai
secara ekonomi maupun politik, namun negara-negara itu tetap bukan milik
mereka, sehingga mereka tidak dapat bergerak secara leluasa, dan
kadangkala untuk mencapai tujuan tertentu, biaya yang harus mereka
keluarkan relatif besar dan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk
direalisasikan, seperti Revolusi Perancis dan Inggris.
Selain itu, ‘permusuhan’ dengan gereja
Katolik juga adakalanya membuat mereka harus ‘mengorbankan keyakinan
mereka terhadap Kabbalah’ seperti yang terjadi pada 1489. Kala itu,
pasca pembataian Knights Templar oleh Raja Perancis Phillipe le Bel dan
Paus Clement V pada 1307, komunitas Yahudi merupakan komunitas yang
paling dibenci masyarakat Perancis. Bahkan komunitas Yahudi yang tetap
tinggal di negara itu, seperti di Pyrennes, sebuah provinsi di Selatan
Perancis, Arles, Aix, dan Marseilles, mengalami intimidasi dan kekerasan
yang tiada henti, serta dipaksa meninggalkan Kabbalah yang mereka anut,
dan memeluk Katolik. Bahkan sinagog-sinagognya, tempat beribadah kaum
Yahudi, ada yang dibakar.
Situasi ini membuat Rabi Shamur,
petinggi Yahudi yang tinggal di Arles, Perancis, prihatin. Dia menulis
surat kepada Pemimpin Tertinggi Kaum Yahudi di Konstantinopel, dan
meminta petunjuk apa yang harus dia lakukan untuk mengatasi masalah ini.
Surat itu dibalas pada 24 Juli 1489 dengan kalimat seperti ini ;
“Saudara-saudara, dengan rasa sedih, pengaduan kalian kami pelajari. Derita, nasib buruk yang kalian alami membuat kami ikut bersedih. Kalian mengadukan, bahwa Raja Perancis telah memaksa kalian memeluk agama Nashrani. Kalian sulit menentang perintah paksaan itu. Maka masuklah agama Nasrani. Tetapi harus diingat, bahwa ajaran Musa harus tetap kalian pegang erat-erat dalam hati sanubari. Umat Kristen memerintahkan kalian supaya kalian menyerahkan harta benda kalian. Laksanakanlah. Selanjutnya didiklah putera-putera kalian menjadi pegadang dan pengusaha yang tangguh, agar pelan-pelan bisa merebut kembali harta benda itu dari tangan mereka.Kalian juga melaporkan, bahwa mereka mengancam hidup kalian. Maka binalah putera-puteri kalian menjadi dokter, agar dapat membunuh orang-orang Kristen secara rahasia. Mereka menghancurkan tempat peribadatan kalian. Maka didiklah putera dan puteri kalian untuk menjadi pendeta agar dapat menghancurkan gereja mereka dari dalam. Mereka menindas dengan melanggar hak dan nilai kemanusiaan. Maka didiklah putera-puteri kalian sebagai agen-agen propaganda dan penulis agar dapat menelusup ke berbagai jajaran pemerintahan. Dengan demikian, kalian akan dapat menundukkan orang Kristen dengan cengkeraman kuku-kuku kekuasaan internasional yang kalian kendalikan dari balik layar. Ini berarti pelampiasan dendam kesumat kalian terhadap mereka”.
Jawaban surat dari Konstantinopel
ini menjadi terkenal karena dengan lugas mencerminkan strategi kaum
Yahudi untuk menundukkan Gereja dan dunia. Surat ini pula yang membuat
ribuan orang Yahudi di Perancis, termasuk yang telah menjadi anggota Freemasonry,
bersedia dibaptis dan memeluk Katolik. Tapi tentu saja, setelah Rabi
Shamur mensosialisasikan isi surat itu kepada mereka. Hanya dalam
beberapa tahun, banyak di antara mereka yang telah menjadi
gembala-gembala sidang di Gereja-gereja Katolik di Perancis.
Momentum pertama mereka untuk merusak
Gereja terjadi pada 31 Oktober 1517 ketika Marthin Luther King memprotes
kebijakan Gereja Katolik Roma dengan membuat 95 pernyataan yang
dibacakan di hadapan umum. Para Yahudi yang telah memeluk Katolik
diam-diam mendukungnya, sementara para Masonik mengomporinya agar terus
menentang Gereja. Maka lahirlah agama Kristen Protestan. Para Mason dan
Yahudi Katolik juga lah yang mendukung John Calvin dalam menyuarakan
Calvinisme, sebuah gerakan yang juga menggugat otoritas Gereja Katolik
Roma yang dinilai terlampau mempengaruhi kehidupan masayarakat Eropa
selama berabad-abad, sehingga mereka jenuh dan menginginkan reformasi.
Kebutuhan para Mason akan negara sendiri
yang dapat dikendalikan sedemikian rupa, membuat mereka melirik benua
baru yang ditemukan Christopher Colombus, Amerika Serikat, pada 1498.
Kebetulan, setelah benua itu ditemukan, orang Yahudi berbondong-bondong
meninggalkan Eropa dan bermigrasi ke Brazil di Amerika Selatan. Namun
tak lama setelah mereka melakukan migrasi, Brazil berperang dengan
Belanda, sehingga karena merasa tak aman, bangsa Yahudi kembali
melakukan migrasi ke Nieuw Amsterdam, sebuah koloni Belanda di Amerika
Utara.
Kedatangan bangsa Yahudi di Nieuw
Amsterdam tidak disukai Gubernur Jenderal Pieter Stuyvesant yang
berkuasa di koloni Belanda itu, namun berkat lobi para pengusaha kaya
dan kapitalis Yahudi internasional yang di antaranya merupakan anggota
Frremasonry-Illuminasti, ketidaksukaan dapat diredam sehingga bangsa
Yahudi dapat nyaman tinggal di situ dan menjuluki Nieuw Amsterdam
sebagai The New Yerusalem.
Tak sampai setengah abad kemudian,
Inggris merebut Nieuw Amesterdam dan wilayah-wilayah lain di Amerika,
dan koloninya itu dibagi menjadi 13 negara bagian. Nama Nieuw Amsterdam
pun diganti menjadi New York, hingga sekarang, dan negara bagian itu
menjadi wilayah dengan jumlah penduduk beretnis Yahudi paling banyak di
Amerika.
Menjelang 1775, Amerika mengalami
krisis keuangan yang parah karena diperangkap para kapitalis Yahudi
melalui penerbitan mata uang Amerika. Awalnya, dengan dalih demi
memajukan perekonomian dan industri Amerika, Inggris disarankan untuk
mencetak mata uang tersendiri untuk koloninya itu, terpisah dari mata
uang Inggris. Inggris setuju. Maka seluruh asset di koloni Amerika pun
didepositokan di Bank Sentral Inggris sebagai jaminan atas dana yang
dipinjamkan, plus bunganya. Setahun kemudian, bank milik Freemasonry itu
berulah dengan menolak menerima pembayaran lebih dari 50 persen dari
nilai mata uang Amerika, meski skema pembayaran utang ini diatur dalam
undang-undang yang dibuat Inggris sebelum mata uang Amerika diterbitkan.
Akibatnya, nilai tukar mata uang Amerika anjlok hingga setengahnya, dan
Amerika terperosok dalam krisis moneter yang kemudian melebar menjadi
krisis ekonomi, sosial, dan politik. Kemakmuran yang dinikmati rakyat
Amerika pun berakhir. Parahnya lagi, untuk mengatasi krisis, pemerintah
Inggris mengenakan pajak tambahan kepada rakyat di koloninya itu yang
kemudian dikenal dengan Pajak Teh. Situasi pun semakin memburuk. Kelaparan dan kekacauan mulai terjadi dimana-mana. Dalam kondisi ini, Freemasonry-Illuminati
kian getol ‘bermain’ untuk kian memanaskan situasi demi mengobarkan apa
yang sebelumnya telah terjadi di Inggris dan Perancis, yakni revolusi.
Revolusi Amerika
Sejarah mencatat, bentrokan bersenjata
antara pasukan Inggris dengan rakyat Amerika yang memberontak demi
mendapatkan kemerdekaannya, terjadi pada 19 April 1775. Jenderal George
Washington diangkat sebagai pemimpin kaum revolusioner. Selama perang
berlangsung, Konspirasi Yahudi Internasional dimana di dalamnya terdapat
para Mason, Illuminati, dan para kapitalis Yahudi, bermain di dua
pihak. Di satu sisi mendukung Inggris dengan cara menggelontorkan dana
untuk perang dan senjata, namun di sisi lain mendukung kaum
revolusioner, juga dengan uang dan senjata. Inggris akhirnya kalah, dan
kaum revolusioner mendeklarasikan kemerdekaan Amerika pada 4 Juli 1776.
Konspirasi Yahudi Internasional terus
bekerja untuk dapat menguasai Amerika secara politik dan ekonomi.
Melalui dua agennya yang disusupkan ke Kongres Amerika yang dibentuk
pascadeklarasi kemerdekaan, Alexander Hamilton dan Robert Morris,
pada 1783 Konspirasi Yahudi Internasional berhasil mendirikan Bank
Amerika yang merupakan cabang Bank Sentral Inggris, namun gagal menjadi
lembaga yang berhak mencetak mata uang Amerika karena dicounter anggota
Kongres.
Kepada rekannya, Thomas Jefferson
pernah menulis surat yang isinya begini ; “Saya yakin sepenuhnya bahwa
lembaga-lembaga keuangan ini lebih berbahaya bagi
kemerdekaan kita daripada serbuan pasukan musuh. Lembaga keuangan itu
juga telah melahirkan sekelompok aristocrat kaya yang kekuasaannya
mengancam pemerintah. Menurut hemat saya, kita wajib meninjau hak
mencetak uang bagi lembaga keuangan ini, dan mengembalikan wewenang itu
kepada rakyat Amerika sebagai pihak yang paling berhak”.
Konspirasi Yahudi marah bukan main
ketika mengetahui isi surat ini. Nathan Rothschild, kapitalis Yahudi
yang juga seorang Masonik, mengancam Presiden Andrew Jackson akan
menciptakan kondisi Amerika yang lebih parah dan krisis berkepanjangan.
Tapi Presiden tak gentar. “Anda sekalian tidak lain adalah kawanan
perampok dan ular. Kami akan menghancurkan kalian, dan bersumpah akan
menghancurkan kalian semua!” kata Presiden seperti ditulis Willian Guy Carr dalam bukunya Yahudi Menggenggam Dunia.
Konspirasi semakin marah dan
menghasut Inggris agar menyerang Amerika, dan terjadilah perang pada
1816. Intervensi Yahudi di Bumi Amerika yang tiada henti, membuat negara
baru itu terus bergejolak. Bahkan pada 14 April 1865, Presiden Abraham
Lincoln dibunuh karena berniat mengeluarkan sebuah undang-undang yang
akan menyingkirkan hegemoni Konspirasi Yahudi Internasional terhadap
Amerika. Pembunuhnya bernama Dickles Booth, pembunuh bayaran yang
disuruh Konspirasi untuk menghabisi nyawa sang presiden. Pembunuh
berdarah Yahudi ini diketahui terkait dengan Konspirasi, karena
berhubungan dengan Yahuda B. Benjamin, seorang agen salah satu pentolan Freemasonry,
Rothschild, yang ditugaskan di Amerika. Booth berhasil ditangkap dan
dihukum, namun hingga kini Konspirasi sama sekali tak tersentuh.
Jika saat ini kita melihat Amerika
merupakan sekutu Yahudi yang paling baik, paling hormat, dan paling
setia, jangan kaget, karena sejak sebelum negara itu merdeka, Yahudi
sudah 'cawe-cawe'. Bahkan berdasarkan presentasi Prof. Richard Claporth diketahui kalau upaya Freemasonry cs
untuk menjadikan Amerika sebagai ‘negaranya’, telah membuat seluruh
warga negara itu beserta asset-asetnya, sebenarnya telah menjadi milik
The Federal Reserve Bank of New York, bank milik Konspirasi, sejak 1913
Dalam makalah yang berjudul “US Government Bankruptcy Proceeding” yang dipresentasikan Prof. Richard Claporth
dalam salah satu pertemuan rutin Smart Leadership Institute, Richard
menguraikan sebab-sebab kebangkrutan pemerintah Amerika Serikat. Meski
hanya berisi pokok-pokok peristiwa, namun makalah tersebut penting untuk
diketahui. Inilah isi salinan makalah itu yang dicuplik dari buku
‘Knights Templar. Knights of Christ’.
-
Sebelum 1913, pemerintah Amerika memperoleh dana dari tarif impor. Pada
saat itu belum ada pajak yang dikenakan kepada warganegara. Mata uang
Amerika dibuat dari logam asli atau yang biasa dihargai/dikembalikan
sebagai logam (dikenal sebagai uang asli).
- Pada 1913, para Bankers memutuskan
bahwa telah terjadi kekurangan mata uang di Amerika, dan pemerintah
Amerika tidak bisa menerbitkan mata uang lagi karena semua emas
cadangannya telah terpakai.
- Agar ada sirkulasi tambahan uang, kelompok orang mendirikan satu bank yang dinamakan The Federal Reserve Bank of New York.
- Kemudian Federal Reserve
Bank of New York menjual stock yang dimiliki dan dibeli oleh mereka
sendiri senilai US$ 450.000.000 melalui Rothschild Bank of London,
Rothschild Bank of Berlin, Warburg Bank of Hamburg, Warburg Bank of
Amsterdam, Israel Moses Seif Bank of Italy, Lazard Brothers of Paris,
Citibank, Goldman & Sach of New York, Lehman & Brothers of New
York, Chase Manhattan Bank of New York, dan Kuhn & Loeb Bank of New
York.
- Karena bank-bank tersebut
memiliki cadangan emas yang besar, maka bank-bank tersebut dapat
mengeluarkan mata uang yang dengan jaminan emas dan mata uang tersebut
yang disebut Federal Reserve Notes. Bentuknya sama dengan mata uang Amerika, dan masing-masing dapat saling tukar.
- Untuk membayar bunga, pemerintah
Amerika menciptakan income-tax (pajak penghasilan). Jadi sebenarnya
warganegara Amerika membayar bunga kepada Federal Reserve. Income tax dimulai pada 1913, pada tahun yang sama dengan pendirian Federal Reserve. Semua income tax yang terkumpul dibayarkan ke Federal Reserve sebagai bunga atas pinjaman.
- Awal 1929, Federal Reserve berhenti menerima uang emas sebagai bayaran. Yang berlaku hanya ‘uang resmi’. Federal Reserve mulai menarik uang kertas yang dijamin emas dari sirkulasi, dan menggantinya dengan ‘uang resmi’.
- Sebelum 1929 berakhir, ekonomi Amerika mengalami malapetaka (disebut masa Great Depression).
- Pada 1931, Presiden Amerika Herbert Hoover mengumumkan kekurangan budget sebesar US$ 902.000.000.
-
Pada 1932, Amerika menjual emas senilai US$ 750.000.000 yang digunakan
untuk menjamin stabilitas mata uang Amerika. Ini sama dengan ‘penjualan
likuidasi’ sebuah perusahaan bermasalah. Emas yang dijual ini dibeli
dengan potongan (discount rates) oleh bank internasional/bank asing, dan
pembelinya adalah Federal Reserve di New York.
- Presiden Theodore Roosevelt
mengalahkan Presiden Hoover pada pemilu 1932. Dalam sambutannya,
Roosevelt mengatakan ; “Satu-satunya hal yang harus kita takutkan adalah
ketakutan itu sendiri”.
- Roosevelt membuat serangkaian
kebijakan untuk mereorganisasi pemerintahan Amerika, namun negara tetap
bangkrut karena tak mampu membayar bunga pinjaman kepada Federal Reserve.
- Akibat kebangkrutan Amerika, maka bank-bank yang merupakan pemilik Federal Reserve
memiliki SELURUH Amerika, termasuk warganegara dan aset-asetnya,
sehingga jika dianologikan, Amerika sebenarnya tak lebih dari 'anak
perusahaan' Federal Reserve.
- Sepekan kemudian di Parlemen dilakukan tuntutan impeachment terhadap anggota-anggota dari Dewan Federal Reserve, kebanyakan agen-agen Federal Reserve
dan para manager dari Departemen Keuangan Amerika, dengan tuduhan
“kejahatan luar biasa dan penyalahguanaan wewenang”, termasuk pencurian
lebih dari US$ 80.000.000.000 per tahun selama lima tahun (total US$
400.000.000.000).
-
Pada 1934, Roosevelt memerintahkan seluruh bank di Amerika untuk tutup
selama sepekan, dan menarik dari masyarakat emas dan mata uang yang
di-back up emas, dan menggantinya dengan “seolah-olah uang” yang dicetak Federal Reserve. Tahun itu dikenal sebagai Liburan Bank Nasional.
- Rakyat Amerika menahan emasnya karena
tak mau menggunakan kertas tak bernilai yang “seolah-olah uang”.
Roosevelt pun mengeluarkan perintah larangan bagi setiap warganya untuk
memiliki emas, karena illegal. Aparat bahkan menyisir penduduk, dan
menyita emas yang didapat dari warga. Hal ini membuat rakyat
berbondong-bondong menukar emasnya dengan sertifikat/bond bertuliskan
I.O.U yang ditandatangani Morgenthau, Menteri Keuangan Amerika kala itu.
Hal ini merupakan perampokan emas besar-besaran yang pernah terjadi
dalam sejarah manusia. Pada 1976, Presiden Jimmy Carter mencabut
kebijakan ini.
- Pada 1963, Presiden John F. Kennedy memerintahkan Departemen Keuangan mencetak uang logam perak untuk mengakhiri kekuasaan Federal Reserve,
karena dengan memiliki mata uang sendiri, maka rakyat Amerika tak perlu
lagi membayar bunga kepada bank milik kaum Yahudi itu. Lima bulan
setelah kebijakan dikeluarkan, Kennedy dibunuh.
- Pengganti Kennedy, Lyndon Johnson,
membatalkan kebijakan Kennedy dan memerintahkan Departemen Keuangan
untuk menghentikan pencetakan mata uang perak, serta menarik kembali
uang perak yang sudah diedarkan, dan dimusnahkan.
- Pada hari Kennedy dimakamkan, Federal Reserve
Bank mengeluarkan uang ‘no promise’ yang pertama. Uang ini tidak
menjanjikan bahwa bank tersebut akan membayar dalam mata uang yang sah
secara hukum, namun mata uang itu merupakan alat pembayaran yang
berlaku.
- Presiden Ronald Reagan berencana
memperbaiki pemerintahan Amerika sesuai aturan konstitusi. Ia ditembak
beberapa bulan kemudian oleh anak teman dekatnya, Wakil Presiden George
Bush. Akhirnya Reagan ‘bungkam’, dan tidak mengeluarkan kebijakan baru
hingga pada 1987. Namun kebijakannya untuk mengimplementasikan
konstitusi dalam pemerintahan, tidak ditanggapi sama sekali oleh para
pejabatnya.
- Pada 1993, saat berpidato di parlemen, James Traficant mengutuk system Federal Reserve
sebagai suatu penipuan besar-besaran. Tak lama kemudian anggota
parlemen dari Partai Demokrat itu menjadi korban penyelidikan kasus
korupsi, namun hingga 2002 dia tidak diadili.
- Pada uang dolar yang dicetak sebelum tahun 2000 tertera tulisan Federal Reserve Bank cabang mana yang mengeluarkan dan menjamin uang tersebut, namun pada cetakan tahun 2000 tulisan yang tertera adalah Federal Reserve System.
- Pada 2002, pengadilan memutuskan James
Trificant terbukti korupsi. Politikus itu marah sekali, dan mengatakan
bahwa saksi-saksi yang memberatkannya di pengadilan, semuanya dipaksa
untuk berbohong. Ia bahkan tak dapat menghubungi orang-orang yang
menyelidiki kasus korupsinya. Dengan kata lain, kasus James merupakan
kasus yang direkayasa.
- Henry Ford pernah berkata ;
“Barangkali ada bagusnya rakyat Amerika pada umumnya tidak mengetahui
asal-usul uang, karena jika mereka mengetahuinya, saya yakin esok pagi
akan terjadi revolusi.”
Dengan sejarah yang seperti itu, maka
tak heran jika pada pecahan uang 1 dolar Amerika pun terdapat gambar
piramida dengan sebuah mata pada puncaknya yang disebut All Seing Eye,
dan di bawah piramid tersebut terdapat tulisan “Novus Ordo Seclorum”.
The All Seing adalah salah satu simbol Masonik. Bahkan lambang Negara
Amerika adalah burung elang yang mengembangkan sayapnya dengan kedua
kaki mencengkeram anak panah dan daun zaitun. Di atas kepala burung itu
terdapat sekumpulan bintang yang membentuk susunan Bintang David,
lambang Yahudi.
Jika dicermati dengan baik, pada lambang
negara Amerika itu terdapat banyak simbol yang mengarah pada Yahudi.
Misalnya, bintang di atas kepala burung yang membentuk bintang David
berjumlah 13; garis pada perisai di dada burung juga berjumlah 13;
jumlah daun zaitun di kaki burung juga 13; jumlah anak panah 13; dan
bulu di ujung anak panah juga berjumlah 13. Untuk diketahui, 13
merupakan angka pavorit kaum Yahudi, karena jumlah suku dalam bangsa
Yahudi ada 13.
7: Terbongkar Karena Disambar Petir
Ambisi Freemasonry untuk
menguasai dunia sebenarnya sudah terbongkar secara kebetulan pada 1784,
atau dua tahun setelah Illuminati menyelenggarakan oikumene dengan
organisasi itu di Wilhelmsbad. Awalnya, Adam Weishaupt meminta seorang
temannya yang berkebangsaan Jerman, Baron Xavier von Zwack, agar
merancang strategi untuk meletuskan Revolusi Perancis. Setelah rancangan
selesai, bersama sebuah dokumen berjudul Einige Originalschriften des Illuminaten Ordens
yang kemudian kita kenal sebagai Protocol of The Elders of Zion atau
Protocol Zions, diberikan kepada seorang kurir agar serahkankan kepada
Robespierre, tokoh Illuminati Perancis,
Ketika sedang melintasi wilayah Bavaria,
Jerman, kurir yang pergi dengan menunggang kuda itu disambar petir dan
tewas seketika. Kepolisian Bavaria yang menangani kasusnya, melakukan
identifikasi untuk mengetahui jati diri kurir tersebut, dan menemukan
dokumen Einige Originalschriften des Illuminaten Ordens dalam
jahitan bajunya. Semula kepolisian Bavaria tak tahu dokumen apa yang
dibawa si kurir karena sarat berisi kata-kata aneh dan sulit dimengerti,
sehingga karena curiga kalau kata-kata aneh itu jangan-jangan merupakan
bahasa sandi, dokumen diserahkan kepada seorang pemecah sandi untuk
dipelajari. Alangkah kagetnya Kepolisian Bavaria setelah sang pemecah
sandi selesai bekerja, karena dokumen itu ternyata berisi sesuatu yang
sangat jahat dan gila.
Raja Bavaria marah sekali mengetahui isi
dokumen itu, dan memerintahkan untuk menangkap Weishaupt dengan tuduhan
akan melakukan kudeta dan melakukan praktek homoseksual. Namun sebelun
ditangkap, dia kabur ke Regensburg, dan ketika dikejar ke sana, dia lari
lagi ke Gotha, serta meminta perlindungan kepada Duke Ernst II. Gagal
menangkap Weishaupt, pada Agustus 1785 Raja Bavaria mengeluarkan
perintah untuk menangkap pengikut mantan anggota ordo Jesuit yang
beralih menjadi penganut Kabbalah itu. Weishaupt meninggal pada 18
November 1830 dalam usia 82 tahun.
Meski niat jahatnya terbongkar, Freemasonry tak
mundur setapak pun. Cetak biru Revolusi Perancis tetap dijalankan, dan
pada Juli 1789 revolusi itu benar-benar terjadi, membuat Raja Perancis
King Louis XVI dan istrinya, Marie Antoinette, ditangkap, dipenjara, dan
dihukum pancung dengan pisau guilotin. Kehebatan para Mason dalam
menjalankan agendanya bukan hanya karena memiliki jaringan yang luas,
namun juga karena memiliki orang-orang yang secara finansial dapat
diandalkan. Salah satu nama yang paling popular yang tak dapat
dilepaskan dari gerakan kaum Yahudi ini adalah Dinasti Rothschild
(Dinasti Tameng Merah), sebuah dinasti asal Jerman sekaligus merupakan
keluarga Yahudi terkaya di dunia. Dinasti ini merupakan salah satu motor
penggerak Freemasonry dan
antek-anteknya, seperti Illuminati, para bankir dan kapitalis Yahudi,
yang secara global disebut sebagai Konspirasi Yahudi Internasional.
Fakta bahwa para Mason berada di balik Revolusi Perancis, diungkap De Rosanbe, wakil anggota Majelis Nasional Perancis dalam sebuah diskusi di gedung majelis. Rosanbe mengatakan; “Kita
telah meyakini dengan sungguh-sungguh tentang masalah ini, yaitu bahwa
Freemansonry adalah satu-satunya pihak yang merancang timbulnya Revolusi
Perancis. Dari sambutan serta tanggapan yang kita peroleh dalam majelis
ini menunjukkan, bahwa sebagian dari kita sudah mengetahui apa yang
saya ketahui”.
Anggota majelis yang lain, Gommel, yang diketahui merupakan anggota The Grand Eastern Lodge Perancis atau Bluemasonry, menjawab; “Kita bukan hanya mengetahui hal tersebut, akan tetapi kita juga akan mengumumkannya kepada dunia”.
Bahkan dalam acara yang juga dihadiri
para politisi dan perwakilan Liga Bangsa-bangsa (sekarang bernama PBB)
itu, seorang anggota The Grand Eastern Lodge dengan lantang menimpali; “Perancang pemerintahan Perancis adalah putera Freemasonry Nasional Perancis. Dan perancang Republik Dunia besok adalah puteri Freemasonry Internasional!”
8: Revolusi Rusia
Kesuksesan Freemasonry-Illuminati
bersama para kapitalis Yahudi mencetuskan Revolusi Inggris, Perancis
dan Amerika, membuat gabungan organisasi-organisasi Yahudi yang kemudian
akan lebih dikenal sebagai Konspirasi Yahudi Internasional, melebarkan
sayap ke Rusia, dan mencetuskan revolusi di sana. Tujuannya sama, agar
dapat ‘digenggam’ secara ekonomi maupun politik sehingga dapat
dikendalikan seperti ketiga negara yang telah diacak-acak itu. Namun
demikian sejarah mencatat, menciptakan revolusi di Rusia tidaklah mudah,
karena Konspirasi membutuhkan waktu belasan tahun sebelum akhirnya Tsar
Nicholas II yang kala itu berkuasa di Rusia, terguling pada Oktober
1917, saat Perang Dunia I sedang berkecamuk.
Sel-sel Konspirasi diduga mulai
melakukan infiltrasi ke Rusia saat negeri itu dipimpin Tsar Alexander II
sekitar 1885. Ketika itu kebijakan Tsar yang toleran membuat ras Yahudi
yang bermukim di negara itu dapat hidup tenang dan damai, bersatu
dengan penduduk asli setempat. Menurut Rizki Ridyasmara dalam buku
‘Knights Templar, Knights of Christ’, kerukunan ini membuat Konspirasi
tak senang, karena jika ras Yahudi berbaur dengan orang Rusia, lambat
laun jati diri keYahudian orang-orang Yahudi itu akan hilang. Padahal,
mereka adalah bangsa pilihan Tuhan, sementara di luar Yahudi, atau
ghoyim, adalah ras yang harus melayani mereka.
Pula, jika orang-orang Yahudi itu
kehilangan sifat keYahudiannya, Konspirasi khawatir orang-orang itu tak
bisa lagi diajak bekerjasama mencapai ambisi besar mereka; menguasai
dunia. Dan yang membuat Konspirasi makin tak senang adalah, jika seluruh
lapisan masyarakat Rusia hidup rukun dan bersatu, Konspirasi kesulitan
memecah belah mereka dan memunculkan friksi-friksi yang kemudian dapat
dikembangkan menjadi konflik yang berujung pada kerusuhan yang meluas.
Maka, sebagai jalan satu-satunya, Konspirasi memutuskan untuk membunuh
Tsar Alexander II.
Pada 1866, usaha yang dilakukan
Konspirasi untuk membunuh Tsar gagal total. Konspirasi tidak kehilangan
akal. Dengan memperalat seorang perempuan Yahudi kaya raya bernama Hessia Helgman,
Tsar dapat dipancing ke rumah perempuan itu, dan tak lama kemudian,
pada 1881, Tsar menemui ajalnya. Pengganti Tsar Alexander II, Tsar
Alexander III, menyelidiki kematian pendahulunya itu, namun sebelum
penyelidikan tuntas, Rothschild yang merupakan pentolan Freemasonry sekaligus pemegang kedudukan penting dalam Konspirasi, mengirimkan agennya yang bernama Baron Gainsburg, untuk mengajak Tsar Alexander III bekerjasama di bidang ekonomi. Tsar yang mendapatkan sinyal bahaya dari
para penasehatnya, menolak tawaran Baron. Rothschild dan Konspirasi
marah bukan main. Mereka lalu sepakat untuk menghancurkan Rusia dengan
segala cara. Tak lama setelah itu, seluruh negara Eropa yang dikuasai
Yahudi, terutama Perancis dan Inggris, memblokade hasil industri dan
perdagangan Rusia dengan beragam dalih. Akibatnya, dalam waktu singkat
Rusia meluncur ke dalam krisis ekonomi yang parah dan mencapai puncaknya
pada 1905.
Revolusi Rusia
Tak hanya sampai di situ, melalui
agen-agennya, Konspirasi menciptakan kekacauan dan kerusuhan
dimana-mana, serta membentuk kelompok revolusioner yang menghasut
masyarakat untuk tidak lagi mempercayai kaum bangsawan dan agama.
Kelompok revolusioner ini kemudian menjadi Partai Komunis Rusia.
Belum cukup sampai di situ, Konspirasi
juga membenturkan Rusia untuk berperang dengan Jepang. Melalui
Cohen-Lobe, sebuah perusahaan Yahudi Amerika, Konspirasi mengucurkan
dana besar-besaran kepada Jepang, dan pada saat yang bersamaan memutus
jalur distribusi militer dan logistik pasukan Rusia yang menuju timur
jauh. Akibatnya, Rusia kalah, dan kekaisaran Rusia terpuruk Konspirasi
memperburuk kondisi ini dengan melakukan pembunuhan terhadap tokoh-tokoh
Rusia yang membenci Yahudi, dan tak pernah sudi bekerjasama dengan
mereka. Tokoh-tokoh Rusia yang dibunuh antara lain mantan Menteri Dalam
Negeri Dmitry Sipyagin, mantan Menteri Pendidikan Bogoliev, mantan
Gubernur Uka Yogdanovich, Perdana Menteri Rusia, dan paman Tsar
Alexander III, Prince Sergey.
Tsar marah bukan main melihat sepak
terjang Konspirasi untuk menghancurkan negaranya, dan tanpa sungkan
menuding organisasi persekongkolan jahat kaum Yahudi internasional itu
sebagai dalang kekacauan di negerinya. Salah satu nama anggota
Konspirasi yang terungkap dan dianggap bertanggung jawab atas apa yang
terjadi di Rusia ini adalah Yacob Sheiff, konglomerat Yahudi dari
perusahaan Cohen-Lobe. Harian Perancis Le Figaro memberitakan skandal
ini pada edisi 20 Februari 1932.
Keberanian Tsar menuding Konspirasi sebagai dalang kekacauan di negerinya, membuat dia dalam bahaya besar,
karena kaum revolusioner Rusia bentukan Konspirasi yang telah
menjadikan dirinya sebagai golongan komunis Rusia, membentuk sebuah
kelompok pembunuh yang dipimpin oleh Gishuin, Iveno Aziev, dan Alexander
Ilyanov yang semuanya orang Yahudi. Namun Alexander III dapat meringkus
para pembunuh ini dan menjatukan hukuman mati kepada mereka dan semua
yang terlibat. Adik Alexander Ilyanov, Vladimir Ilyanov, tak dapat
menerima kematian kakaknya, dan bertekad untuk membalas perbuatan Tsar.
Dia lalu menjadi tokoh Partai Komunis Rusia dan masyarakat dunia
kemudian mengenalnya dengan nama Lenin.
Alexander III turun tahta dan digantikan
Tsar Nicholas II. Kala itu suhu politik Rusia masih sangat panas dan
belum dapat dikendalikan. Hampir setiap hari terjadi gelombang
demonstrasi dimana-mana, menuntut dilakukannya revolusi dengan mengganti
sistem monarki dengan sistem pemerintahan yang non monarki. Pada 22
Januari 1905 terjadi demonstrasi besar-besaran menuju istana kekaisaran
Rusia yang berakhir kacau karena kepala regu pengawal istana menembaki
para demonstran, dan mengakibatkan sejumlah orang tewas dan terluka.
Kejadian ini dikenal sebagai ‘Pembantaian Minggu Berdarah’. Belakangan
terungkap, kepala regu yang melakukan penembakan adalah seorang agen
Konspirasi yang disusupkan untuk menimbulkan martir di kalangan rakyat,
dan membuat situasi semakin panas. Tujuan Konspirasi berhasil, Rusia
memang kian bergejolak. Apalagi karena Lenin dan Partai Komunis
Rusia-nya kian unjuk gigi. Namun kekaisaran Rusia tak juga runtuh. Baru
pada Oktober 1917 Partai Komunis Rusia berhasil menggulingkan kekuasaan,
dan menjadi partai penguasa. Tsar Nicholas II dan seluruh keluarganya
dieksekusi pada 1918, dan Rusia kemudian diubah menjadi Uni Soviet yang
berfaham komunis.
Mengenai keberhasilan Lenin
menggulingkan Tsar Nicholas II, Indra Adil, peneliti Zionis
Internasional dalam buku ‘Konspirasi di Balik Tragedi Diana’ menyebut,
sebelum memimpin Partai Komunis Rusia, pada Mei 1916 Lenin bertemu
dengan tokoh Yahudi Chaim Weizman di Zurich. Dalam pertemuan itulah
Konspirasi menetapkan Lenin sebagai pemimpin sebuah partai beraliran
Marxisme yang akan menggulingkan Tsar Nicholas II.
Untuk mendukung upaya Lenin, menurut buku ‘Knights Templar, Knights of Christ’, Freemasonry menyediakan
dana sebesar US$ 31 juta dan dukungan personil sekitar satu juta orang
keturunan Yahudi Rusia dan Yahudi yang didatangkan dari berbagai
wilayah, termasuk dari New York. Dana itu dikumpulkan oleh tim yang
dipimpin Paul Warburg, direktur The Federal Reserve
Bank, dan disetorkan langsung kepada Lenin dan Trotsky, tokoh yang juga
dilibatkan dalam penggulingan Tsar Nicholas II. Dana
tersebut berasal dari Max Warburg
sebanyak US$ 6 juta, dari Alfred Milner Rothschild sebanyak US5 juta,
dan Jacob Schiff sebanyak US$ 20 juta.
Revolusi Rusia yang juga dikenal dengan
nama Revolusi Bolsyewik, menelan korban sekitar lima juta rakyat Rusia
yang rata-rata beragama Katolik Ortodoks Rusia.
9: Kelahiran Protocol of Zions
Meski sepak terjang Freemasonry untuk
menguasai dunia telah berlangsung sejak 1770-an, setelah para Mason
merekrut Adam Weishaupt untuk mendirikan Illuminati, namun gerakan
Yahudi untuk menguasai dunia baru mengkristal setelah 204 tokoh Yahudi
dari 15 negara, yang di antaranya merupakan tokoh Freemasonry dan
Illuminati, bertemu di Kota Bassel, Swiss, pada 29-31 Agustus 1897
dalam sebuah kongres yang dikenal dengan sebuatan Kongres Zionis
Internasional I. Pasalnya, dalam kongres inilah para tokoh Yahudi itu
menyatukan suara dengan Freemasonry dan Illuminati untuk menguasai dunia dan menciptakan The New World Order atauTatanan Dunia Baru.
Mengapa
kongres ini menggunakan kata “Zion”? Karena kata ini memiliki makna
yang sangat penting, bahkan pada akhirnya sangat politis, karena Zion
adalah nama sebuah bukit karang di sebelah barat kota Yerusalem, yang
diyakini kaum Yahudi sebagai lokasi dimana King Solomon (Nabi Sulaiman
as) membangun istananya yang megah, penuh dengan harta kekayaan,
benda-benda mistis yang terkait erat dengan kehidupan bangsa Yahudi di
zaman Nabi Musa as, yakni Tabut Suci, dan benda-benda yang terkait
dengan kepercayaan Yahudi, Kabbalah.
Kata Zion pertama kali ‘dipolitisasi’
oleh Nathan Bernbaum pada 1 Mei 1776, atau hanya dua bulan setelah
kemerdekaan Amerika Serikat pada 4 Juli 1776. Oleh tokoh Yahudi itu,
kata Zion dijadikan nama gerakan untuk mewujudkan The Promise Land
dimana bangsa Yahudi dapat kembali bermukim di Palestina sebagai sebuah
bangsa, dan menjadikan kota Yerusalem sebagai ibukota negaranya. Maka
untuk kepentingan ini, kata nama Zion pun dipanjangi menjadi Zionisme.
Ide Nathan ini disambut sangat positif oleh para tokoh dan petinggi Yahudi, termasuk yang menjadi dedengkot Freemasonry-Illuminati.
Namun demikian sejarah mencatat, meski Zionisme merupakan buah fikiran
Nathan, tokoh Yahudi yang mencetuskan gagasan untuk mendirikan Negara
Israel di Palestina adalah Yahuda al-Kalaj. Dalam buku berbahasa Ibrani
dengan judul Derishat Zion yang diterbitkan pada 1826, Izvi Hirsch Kalischer antara lain menulis begini ; “Saat
itu para tokoh Yahudi bukannya tidak faham bahwa tanah Palestina
sebenarnya bukan merupakan hak milik mereka, namun karena Talmud, kitab
bikinan para pendeta Yahudi, menyatakan tanah Palestina sebagai Tanah
Yang Dijanjikan (The Promise Land) bagi bangsa Yahudi, maka tanpa
reserve mereka pun mengikutinya”.
Moses Hess, seorang Yahudi Jerman,
menanggapi gagasan al-Kalaj dengan memberikan gagasan, bahwa untuk dapat
menguasai Palestina, kaum Yahudi harus menggandeng orang-orang Barat
yang memiliki kepentingan yang sama untuk kembali ke Palestina setelah
kekalahan memalukan atas kaum Saracen yang dipimpin Salahuddin Al
Ayyubi. Dalam buku Zionisme : Gerakan Menaklukkan Dunia, ZA Maulani
mengatakan, bahwa ide Hess ini didukung beberapa kolonialis Barat dengan
pertimbangan, antara lain, saat itu Eropa sedang melakukan konfrontasi
dengan Turki Utsmaniyah di Timur Tengah, dan Eropa juga membutuhkan
‘satu benteng’ di sana yang dapat dimanfaatkan untuk menjaga dan
melindungi kepentingannya di negara-negara kaya minyak itu. Yahudi
bersedia mendukung para kolonialis Eropa, dan bahkan menganggap, dendam
Perang Salib yang belum terbayarkan, kini menemukan momentumnya.
Sejak itu, dengan bantuan para kapitalis Yahudi, termasuk Dinasti Rothschild,
orang-orang Yahudi pun berbondong-bondong melakukan migrasi dari Eropa
ke Timur Tengah, terutama Palestina dan sekitarnya. Pada 1896, Theodore Hertzel menulis buku tentang konsep pendirian Negara Israel di Palestina dengan judul Der Judenstaat (Negara Yahudi). Buku ini disambut hangat oleh para tokoh Yahudi. Mereka bahkan menghadiahi Hertzel dengan gelar Bapak Zionis Modern.
Strategi perjuangan Yahudi untuk mendirikan Negara Israel, oleh Hertzel
secara singkat dapat diungkapkan dalam sebuah kalimat yang singkat,
namun penuh arti. Yakni; “Bila kita tenggelam, kita akan menjadi
suatu kelas proletariat revolusioner, pemanggul ide dari suatu partai
revolusioner; bila kita bangkit, dipastikan akan bangkit juga kekuasaan
keuangan kita yang dahsyat”.
Untuk dapat mendirikan Negara Yahudi di
tanah Palestina, menurut Hertzel, harus dilakukan dengan cara-cara
demokratis. Hal-hal yang harus dilakukan di antaranya, memenuhi tanah
Palestina dengan orang Yahudi, sehingga Yahudi menjadi mayoritas;
menjadikan warga Pelestina sebagai warga minoritas dengan berbagai cara,
seperti pembersihan etnis, perang, penyebaran penyakit, pembukaan
lapangan kerja di negara-negara tetangga sehingga warga Palestina
bekerja di sana, dan sebagainya. Bahkan dengan berani Hertzel menemui
Sultan Abdul Hamid II selaku pemilik otoritas Palestina karena ketika
itu Palestina memang berada di bawah kekhalifahan Turki Utsmaniyah, dan
meminta agar tanah Palestina diserahkan kepada Yahudi dengan imbalan
bantuan dana dalam jumlah yang sangat besar dari para kapitalis Yahudi.
Namun permintaan Hertzel ditolak mentah-mentah oleh Sultan. Bahkan
penguasa kekhalifahan Turki Utsmaniyah itu berkata begini; “Jangan
lagi engkau membicarakan soal ini. Saya tidak akan menyisihkan sejengkal
pun tanah Palestina, karena tanah itu bukan milik saya, tetapi milik
rakyat. Rakyat saya berjuang untuk mendapatkan tanah itu dan
menyuburkannya dengan darah mereka … Biarkanlah orang Yahudi menyimpan
uang mereka yang berjuta-juta banyaknya di peti mereka”.
Ucapan Sultan membuat Hertzel
tersinggung. Peristiwa inilah yang mengilhami Hertzel untuk mengumpulkan
tokoh Yahudi dari seluruh dunia dalam kongres di Bassel. Tujuannya,
tentu saja untuk mencari solusi agar Negara Israel benar-benar dapat
didirikan di Palestina. Sebenarnya, ketika kongres sedang dipersiapkan,
Konspirasi Yahudi Internasional mengirimkan tiga orang utusan untuk
menemui Sultan Abdul Hamid II, yakni Mezrahi Krazu, Jack, dan Lion,
dengan misi meminta izin kepada Sultan agar kaum Yahudi diizinkan
berziarah ke Palestina dan mendirikan perkampungan kecil di dekat
Yerusalem. Jika Sultan mengizinkan, maka Konspirasi akan melunasi
seluruh utang pemerintahan Sultan, mendanai pendirian armada laut, dan
memberikan kredit sebesar 35 juta lire uang emas tanpa bunga untuk
menggairahkan perekonomian kekhalifahan Turki Utsmaniyah. Namun
lagi-lagi Sultan menolak.
Selama kongres digelar, 204 tokoh Yahudi yang hadir menyampaikan buah fikirannya. Rothschild bahkan menyampaikan dokumen Einige Originalschriften des Illuminaten
yang disusun Adam Weishaupt, dan isi dokumen itu langsung ditanggapi
secara positif oleh semua yang hadir, serta dibahas secara lebih
mendalam. Bahkan disempurnakan. Menjelang kongres ditutup, dokumen itu
dikukuhkan sebagai hasil kongres dan dinamai Protocol of The Learned Elder of Zion atau yang biasa disebut Protocol of Zions
saja. Protocol of Zions ini menjadi pegangan bagi Konspirasi Yahudi
Internasional untuk mendirikan Negara Israel di Palestina, dan menguasai
dunia. Ini lah isinya ;
1. Manusia itu lebih banyak cenderung
pada kejahatan ketimbang kebaikan. Sebab itu, Konspirasi harus
mewujudkan ‘hasrat alami’ manusia ini. Hal ini akan diterapkan pada
sistem pemerintahan dan kekuasaan. Bukankah pada masa dahulu manusia
tunduk kepada penguasa tanpa pernah mengeluarkan kritik atau
pembangkangan? Undang-undang hanyalah alat untuk membatasi rakyat, bukan
untuk penguasa.
2. Kebebasan politik sesungguhnya
utopis. Walau begitu, Konspirasi harus mempropagandakan ini ke tengah
rakyat. Jika hal itu sudah dimakan rakyat, maka rakyat akan mudah
membuang segala hak dan fasilitas yang telah didapatinya dari penguasa
guna memperjuangkan idealisme yang utopis itu. Saat itulah, konspirasi
bisa merebut hak dan fasilitas mereka.
3. Kekuatan uang selalu bisa mengalahkan
segalanya. Agama yang bisa menguasai rakyat pada masa dahulu, kini
mulai digulung dengan kampanye kebebasan. Namun rakyat banyak tidak tahu
harus melakukan apa dengan kebebasan itu. Inilah tugas konspirasi untuk
mengisinya demi kekuasaan, dengan kekuatan uang.
4. Demi tujuan, segala cara boleh
dilakukan. Siapa pun yang ingin berkuasa, dia mestilah meraihnya dengan
licik, pemerasan, dan pembalikkan opini. Keluhuran budi, etika, moral,
dan sebagainya adalah keburukan dalam dunia politik.
5. Kebenaran adalah kekuatan konspirasi. Dengan kekuatan, segala yang diinginkan akan terlaksana.
6. Bagi kita yang hendak menaklukkan
dunia secara finansial, kita harus tetap menjaga kerahasiaan. Suatu
saat, kekuatan konspirasi akan mencapai tingkat di mana tidak ada
kekuatan lain yang berani untuk menghalangi atau menghancurkannya.
Setiap kecerobohan dari dalam, akan merusak program besar yang telah
ditulis berabad-abad oleh para pendeta Yahudi.
7. Simpati rakyat harus diambil agar
mereka bisa dimanfaatkan untuk kepentingan konspirasi. Massa rakyat
adalah buta dan mudah dipengaruhi. Penguasa tidak akan bisa menggiring
rakyat kecuali ia berlaku sebagai diktator. Inilah satu-satunya jalan.
8. Beberapa sarana untuk mencapai tujuan
adalah: Minuman keras, narkotika, perusakan moral, seks, suap, dan
sebagainya. Hal ini sangat penting untuk menghancurkan norma-norma
kesusilaan masyarakat. Untuk itu, Konspirasi harus merekrut dan mendidik
tenaga-tenaga muda untuk dijadikan sarana pencapaian tujuan tersebut.
9. Konspirasi akan menyalakan api
peperangan secara terselubung. Bermain di kedua belah pihak. Sehingga
Konspirasi akan memperoleh manfaat besar tetapi tetap aman dan efisien.
Rakyat akan dilanda kecemasan yang mempermudah bagi konspirasi untuk
menguasainya.
10. Konspirasi sengaja memproduksi
slogan agar menjadi ‘tuhan’ bagi rakyat. Dengan slogan itu, pemerintahan
aristokrasi keturunan yang tengah berkuasa di Perancis akan
diruntuhkan. Setelah itu, Konspirasi akan membangun sebuah pemerintahan
yang sesuai dengan Konspirasi.
11. Perang yang dikobarkan konspirasi
secara diam-diam harus menyeret negara tetangga agar mereka terjebak
utang. Konspirasi akan memetik keuntungan dari kondisi ini.
12. Pemerintahan bentukan Konspirasi harus diisi dengan orang-orang yang tunduk pada keinginan konspirasi. Tidak bisa lain.
13. Dengan emas, konspirasi akan
menguasai opini dunia. Satu orang Yahudi yang menjadi korban sama dengan
seribu orang non-Yahudi (Gentiles/Ghoyim) sebagai balasannya.
14. Setelah konspirasi berhasil merebut
kekuasaan, maka pemerintahan baru yang dibentuk harus membasmi rezim
lama yang dianggap bertanggungjawab atas terjadinya semua kekacauan ini.
Hal tersebut akan menjadikan rakyat begitu percaya kepada konspirasi
bahwa pemerintahan yang baru adalah pelindung dan pahlawan dimata
mereka.
15. Krisis ekonomi yang dibuat akan
memberikan hak baru kepada konspirasi, yaitu hak pemilik modal dalam
penentuan arah kekuasaan. Ini akan menjadi kekuasaan turunan.
16. Penyusupan ke dalam jantung
Freemason Eropa agar bisa mengefektifkan dan mengefisienkannya.
Pembentukan Bluemasonry akan bisa dijadikan alat bagi konspirasi untuk
memuluskan tujuannya.
17. Konspirasi akan membakar semangat
rakyat hingga ke tingkat histeria. Saat itu rakyat akan menghancurkan
apa saja yang kita mau, termasuk hukum dan agama. Kita akan mudah
menghapus nama Tuhan dan susila dari kehidupan.
18. Perang jalanan harus ditimbulkan untuk membuat massa panik. Konspirasi akan mengambil keuntungan dari situasi itu.
19. Konspirasi akan menciptakan
diplomat-diplomatnya untuk berfungsi setelah perang usai. Mereka akan
menjadi penasehat politik, ekonomi, dan keuangan bagi rezim baru dan
juga di tingkat internasional. Dengan demikian, konspirasi bisa semakin
menancapkan kukunya dari balik layar.
20. Monopoli kegiatan perekonomian
raksasa dengan dukungan modal yang dimiliki konspirasi adalah syarat
utama untuk menundukkan dunia, hingga tidak ada satu kekutan non-Yahudi
pun yang bisa menandinginya. Dengan demikian, kita bisa bebas memainkan
krisis suatu negeri.
21. Penguasaan kekayaan alam negeri-negeri non-Yahudi mutlak dilakukan.
22. Meletuskan perang dan
memberinya—menjual—senjata yang paling mematikan akan mempercepat
penguasaan suatu negeri, yang tinggal dihuni oleh fakir miskin.
23. Satu rezim terselubung akan muncul setelah konspirasi berhasil melaksanakan programnya.
24. Pemuda harus dikuasai dan menjadikan
mereka sebagai budak-budak konspirasi dengan jalan penyebarluasan
dekadensi moral dan paham yang menyesatkan.
25. Konspirasi akan menyalahgunakan undang-undang yang ada pada suatu negara hingga negara tersebut hancur karenanya
10: Penghancuran Negara 'Musuh'
Pasca kongres di Bassel, gerakan Yahudi
kian matang dan terorganisir. Mereka bergerak menuju dua arah, yakni
menyiapkan segala yang dibutuhkan untuk pendirian negara Yahudi di
Palestina, dan menghancurkan secara diam-diam setiap negara non Yahudi
di dunia, terutama yang menunjukkan sikap permusuhan seperti
kekhalifahan Turki Utsmaniyah. Dalam waktu 27 tahun setelah kongres di
Bassel, pada 3 Maret 1924 kekhalifahan itu benar-benar berhasil
dihancurkan dan diganti dengan negara sekuler yang dipimpin Mustafa
Kemal Ataturk, seorang Yahudi Turki dari kota Salonika.
Majalah Al-Mujtama Kuwait pada edisi
425-426 yang terbit Desember 1978 membeberkan kronologis kehancuran
kekhalifahan Turki Utsmaniyah yang datanya bersumber dari sebuah dokumen
rahasia yang ditulis Duta Besar Inggris di Konstantinopel, Sir Gebrar
Lother, untuk Menteri Luar Negeri Inggris Sir C. Harving, pada 29 Mei
1910. Dalam edisi itu, Al- Mujtama menyebut kalau upaya Yahudi
menghancurkan kekhalifahan Turki Utsmaniyah dilakukan dengan cara
menyusup ke berbagai sektor vital pemerintahan Turki dan kemudian
melemahkannya dari dalam.
Masa-masa pemerintahan Ataturk merupakan
masa-masa suram bagi Turki, karena Ataturk memperlihatkan watak asli
seorang Yahudi yang membenci agama. Dia pernah melarang orang beradzan
dengan menggunakan bahasa Arab, harus bahasa Turki. Ketika suatu kali
dia melewati sebuah masjid dan muazin di situ tetap mengumandangkan
adzan dengan bahasa Arab, masjid itu dirobohkan. Dia juga pernah
mengeluarkan kebijakan yang mengharuskan setiap lelaki Turki mengenakan
topi Barat, padahal kala itu di Turki, topi itu dianggap sebagai lambang
kekafiran. Akibatnya, banyak warga Turki yang dihukum gantung karena
menolak mengenakan topi itu.
Dalam buku Al Manaratul Mafqudah yang
ditulisnya, Abdullah ‘Azzam memaparkan saat-saat menjelang kematian
Ataturk pada 10 November 1938. Menurut dia, sebelum meninggal, Ataturk
yang dijuluki ‘Bapak Turki Modern’ menderita penyakit yang amat parah.
Da menderita sirrosis hepatitis yang membuat perutnya membuncit karena
adanya cairan yang mengumpul di perutnya itu. Ingatannya pun melemah,
dan dari hidungnya keluar darah yang tanpa henti. Dia juga menderita
penyakit kelamin karena sering bermaksiat. Untuk mengeluarkan cairan
yang berkumpul di perutnya, dokter mencoblos perut Ataturk dengan jarum.
Selama sakit, Ataturk berteriak-teriak
sedemikian keras sehingga teriakannya terdengar hingga teras istana.
Tubuhnya pun mengurus, tinggal tulang berbalut kulit, sementara giginya
banyak yang tanggal sehingga mulutnya nyaris bertemu dengan alis
matanya. Selain itu, tubuhnya mengalami demam tinggi, dan tubuhnya
menguarkan bau bangkai. Namun demikian, sebelum meninggal Ataturk
berwasiat, jika ia meninggal, ia tak perlu dishalati.
“Pada Kamis 10 November 1938 pukul
sembilan pagi lebih lima menit, pergilah Mustafa Kamal dari alam dunia
dalam keadaan dilaknat di langit dan di bumi …,” tulis Abdullah ‘Azzam.
Untuk mendirikan negara Yahudi di
Palestina, Zionis Internasional secara intens mempersiapkan ‘perebutan’
tanah Palestina dengan beragam cara, di antaranya dengan menerbitkan
beragam artikel dan buku-buku yang mengklaim bahwa tanah Palestina
merupakan hak bangsa Yahudi, memigrasikan orang-orang Yahudi dari
seluruh dunia ke Palestina, dan sebagainya. Gelombang migrasi Yahudi ke
Palestina tentu saja menimbulkan gelombang protes dari para pemimpin di
Timur Tengah. Sayanganya, Pan Arab tidak sekuat dan sefanatik Pan-Yahudi
yang didukung pemerintahan kolonialis Barat, sehingga pada 2 November
1917 Menteri Luar Negeri Inggris Lord Arthur James Balfour mengirimkan
sepucuk surat kepada pemimpin komunitas Yahudi di Inggris, Walter
Rothschild, bahwa pemerintahnya menyetujui permintaan bangsa Yahudi
untuk mendirikan negara di Palestina. Namun baru pada 14 Mei 1948 negara
Israel dapat dideklarasikan, karena PBB baru menyetujui berdirinya
pada 1947.
11: Siapkan Perang Akhir Zaman
Revolusi Inggris, Revolusi
Perancis, ‘penguasaan’ atas Amerika Serikat, dan Revolusi Rusia hanyalah
beberapa dari begitu banyak strategi yang dirancang Freemasonry-Illuminati
dan para kapitalis Yahudi yang menjadi bagian dari gerakan Zinonis
Yahudi Internasional untuk menguasai dunia yang maha luas ini, karena
untuk mewujudkan keinginan yang terlalu ambisius dan gila itu, para
petualang tersebut telah merancang sebuah grand design yang perlahan namun pasti diyakini akan terlaksana semuanya.
Revolusi Inggris, Revolusi Perancis,
‘menguasai’ Amerika, dan Revolusi Rusia hanya bagian-bagian kecil dari
grand design itu yang bertujuan untuk menopang tujuan utamanya, yakni
‘menguasai dunia’, karena dengan menguasai Inggris dan Perancis pada
abad-abad dimana kedua negara ini merupakan negara terkuat di Eropa dan
dunia, maka dengan sendirinya sepak terjang mereka akan menjadi leluasa
dan berdampak signifikan. Terbukti, dengan ‘menggenggam’ Inggris, Yahudi
berhasil menguasai Amerika.
Berbagai buku yang membeberkan kebusukan
kelompok Yahudi ini dengan tegas mengatakan, bahwa Perang Dunia (PD) I
dan II juga merupakan ulah mereka dan termasuk bagian dari grand design tersebut. Bahkan PD III yang diyakini akan menjadi perang terakhir dalam sejarah umat manusia (armageddon),
telah masuk dalam rancangan itu, dan para peneliti yang data-data hasil
riset dan temuan-temuannya dijadikan rujukan bagi penulisan buku-buku
tersebut, meyakini, jika PD III meletus, maka saat itulah ambisi Yahudi
menguasai dunia telah berhasil, karena saat itu semua negara hancur, dan
Yahudi dengan negara Israelnya menjadi satu-satunya yang terkuat dan
dominan, karena agenda itu disusun untuk mendekonstruksi dunia demi
tujuan yang ingin dicapai.
Menurut buku ‘Knights Templar,
Knights of Christ’, cetak biru PD I, II, dan III dirancang oleh seorang
Brigadir Jenderal Amerika Serikat berdarah Yahudi dan termasuk seorang
Masonik, Albert Pike, pada 1859 hingga 1871. Dalam hirariki Freemasonry,
jenderal kelahiran Boston pada 29 Desember 1809 ini berada pada derajat
ke-33 atau tertinggi. Dia juga termasuk pendiri Ancient Accepted of
Scottish Rite of Freemasonry dan menjabat sebagai Grand Commander of North American Freemasonry dari
1859 hingga akhir hayatnya pada 1891. Dia juga yang membentuk
organisasi kulit putih dengan misi membantai manusia negro di Amerika
yang diberi nama Order of Knight of The Ku Klux Klan (KKK) yang hingga
sekarang masih eksis, dan merupakan grand master sebuah kelompok pemuja
Lucifer bernama The Order of The Palladium yang didirikan pada 1737 di
Paris.
Selain ‘semua prestasi’ itu, Pike
juga diketahui bekerjasama dengan pendiri organisasi Mafia di Italia,
Giussepe Mazzini, yang juga anggota Freemasonry derajat ke-33 dan pernah memimpin Illuminati pada 1834. Bersama Mazzini dan dua tangan kanan tokoh mafia ini yang juga anggota Freemasonry derajat
ke-33, Lord Henry Palmerston dari Inggris (1784-1865) dan Jenderal Otto
von Bosmarc dari Jerman (1815-1898), Pike mengelola Palladian Rite yang
menjadi kelompok yang memayungi seluruh kelompok Masonik di dunia. Oleh
Freemasonsy, Pike kemudian dinobatkan sebagai Grand Master Illuminati
dan diberi tugas menyusun rencana yang sangat sistematis untuk menguasai
dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar